A MEA

HNS
Chapter #23

Andreea Talenta #23

Andreea's POV

Kami dibawa masuk ke dalam kastil dan masuk ke salah satu ruang yang besar sekali. Saat masuk terdapat sofa yang mengelilingi meja berbentuk persegi panjang. Disebelah kanan terdapat tiga pintu besar yang terbuat dari kaca yang mengarah ke balkon. Dan disebelah kiri terdapat ruangan lain lagi yang dibatasi oleh pintu kayu. Banyak lukisan abstrak yang dipajang dengan bingkai emas dan beberapa tanaman yang ditempatkan di guci keramik yang besar.

Kami dipersilahkan duduk di kursi yang sudah ditentukan. Dan Vasiliás itu duduk di sofa dihadapan kami.

"Silakan tehnya," ucapnya basa-basi.

"Langsung saja ke intinya. Anda benar. Ada yang ingin saya lakukan di kerajaan Anda."

Ucapanku sepertinya membuat orang-orangnya ingin tida senang dengan cara bicaraku. Yah, jujur aku tidak menunjukkan sikap hormat seperti orang-orang dikerajaan ini pada Vasiliás itu.

"Berani sekali kau berbicara tidak sopan pada Yang Mulia. Apa kau sudah bosan hidup?" sergah Curan.

Tuh kan benar. Langsung ada yang tidak senang.

Selain Vasiliás itu, ada Curan, Mira, juga dua orang pria yang aku tidak tahu siapa ikut masuk ke ruangan ini, dan ada penjaga yang berjaga di dalam dan diluar pintu yang kami masuki tadi.

"Bukannya kau yang terlalu berani bertanya begitu pada Vasiliás sebenarnya, manusia rendah!?" hina Merlin.

GULP

Apa yang kau katakan, Merlin? Kenapa bilang begitu!? teriakku mencoba mengirim telepati pada Merlin dan tidak ada balasan darinya.

Yang ada hanyalah Merlin dan Curan yang saling adu tatap. Tidak ada yang mau kalah dari peraduan mematikan itu.

Haduuhhh.. Merlin seperti anak-anak saja. Aku cukup menyesal karena dia ikut denganku.

"Segala hormat dan keagungan kepada Vasiliás Kerajaan Api, Achreíos Vasiliás!"

Tiba-tiba ayah bersuara memberi salam pada Vasiliás itu membuat perhatian kami tertuju pada ayah.

"Izinkan kami memeperkenalkan diri, Yang Mulia. Saya Demiri Talenta dan ini anak saya Andreea Talenta. Dan disampingnya adalah Merlin seorang penyihir." lanjut ayah lagi.

"Baiklah. Lalu apa yang kau dan anakmu ingin lakukan di kerajaanku?"

"Aku ingin mempertemukan ayah dengan kedua kakakku yang merupakan pejuang di kerajaanmu." potongku sebelum ayah melanjutkan bicaranya.

"Apa Anda tidak mengajarkan anak Anda sopan santun, tuan Demiri? Sopan santun kepada orang yang lebih dari dirinya?" cibir Curan melihat rendah padaku.

"Tenanglah Curan. Biarkan mereka memberitahu tujuan mereka," ujar Vasiliás itu.

"Baik, Yang Mulia."

"Kedua kakakmu? Siapa namanya?" tanya Vasiliás itu padaku.

"Krissameri dan Siera,"

"Panggil mereka," perintahnya pada dua penjaga yang berjaga di dalam.

Kami hanya diam menunggu kedua kakakku datang. Sembari menunggu, aku melihat ke arah ayah. Baguslah tidak ada bagian tubuhnya yang lecet sedikitpun. Lalu aku berpaling ke arah Merlin. Aku sedikit khawatir karena penyembuhanku tadi terasa terlalu cepat sementara dari yang kulihat, luka Merlin sangatlah parah.

"Ada apa, tuan putri?"

"Kau tidak apa-apa? Apa masih ada bagian tubuhmu yang sakit?" tanyaku mencondongkan badanku ke arah Merlin.

Aku tidak dapat melihat leluasa ke tubuh Merlin karena dia sudah mengganti bajunya yang sobek tadi menjadi baju yang seperti kimono untuk pria. Seluruh badannya tertutup.

"Ugh.. Tidak tuan putri. Tubuhku masih belum pulih total. Mungkin hanya luka luarnya saja yang sembuh, tetapi sepertinya ada beberapa luka di dalam tubuhku," jelasnya membuatku semakin khawatir.

"Lalu bagaimana cara menyembuhkannya?"

"Ini akan sembuh sendiri tuan putri. Terima kasih karena sudah menghkawatirkanku," balasnya membuatku lega.

Setelah mendengar jawaban Merlin, aku melihat ke arah Mira. Aku sedikit ingin tahu tentangnya. Dia siluman rubah kan? Ya. Aku sudah memastikannya. Lantas mengapa dia ada di sini dan bukannya di desa? Aku juga tidak pernah dengar KyuBi menyebut rubah yang bernama Mira.

"Segala hormat dan keagungan kepada Vasiliás Kerajaan Api, Achreíos Vasiliás! Kami membawa orang yang Anda panggil, Yang Mulia."

Lihat selengkapnya