Siera's POV
Aku sangat senang. Besok adalah hari libur. Aku dan kak Kri akan pulang. Yuhuuuiiuui....
"Siera kamu akan pulang ke desamu?" tanya Mia padaku.
"Oh, tentu."
Mia adalah sahabat terbaikku. Kami pertama kali bertemu saat ujian masuk sebagai anggota pejuang. Dia adalah warga asli Kerajaan Api dengan bakat portal.
Dia sangatlah lembut, mirip ibu. Rambut dan matanya berwarna senada, hazel. Kulitnya yang agak kecoklatan sangatlah cocok dengan proporsi tubuhnya yang sedang. Tidak gemuk dan tidak kurus. Dia terlihat seksi. Aku sebagai sesama perempuan mengakui itu.
"Dah!" seruku padanya saat kami berpisah di gerbang akademi pejuang.
Setelah melihat lambaian balasan darinya, aku langsung berlari ke arah seorang laki-laki berumur 20-an. Sin Talenta, dia adalah warga asli Kerajaan Api yang dikejar oleh para perampok dan diselamatkan oleh ayah kami.
Dan untuk membalas budi, dia mengajukan aku dan kak Kri sebagai salah satu pejuang di sini dan bertanggung jawab penuh selama kami disini. Dia bahkan membukakan portal gratis bilamana kami ingin pulang pergi desa.
"Kak Kri!!!" seruku melihatnya berada disamping Sin.
"Jangan lari-lari, Si! Bagaimana kalau kamu jatuh?"
"Duh! Iya iya. Dasar cerewet," ejekku mendengar nasehatnya.
"Aku berlari karena senang kita akan pulang," lanjutku lagi.
"Krissameri, Siera, kalian sudah siap pulang? Apa tidak ada yang tertinggal?" tanya tuan Sin pada kami.
"Tidak ada, tuan Sin." balas kak Kri sopan.
"Hai tuan Sin! Bagaimana keadaamu dan keluargamu?" sapaku padanya.
"Kami sehat Siera. Terima kasih karena sudah bertanya. Mari," ajaknya membuka portal menuju desa kami.
Sewaktu berjalan memasuki portal, aku banyak bertanya pada tuan Sin. Sementara kak Kri hanya diam saja.
"Kamiiiiii pulaa-"
DEGH
Apa yang!?
"DESAKU!!" raungku melihat keadaan desa kami saat ini.
Desa kami hancur lebur. Banyak puing-puing bertaburan ditanah. Bukan hanya itu, ughh.. Banyak mayat yang tergeletak. Rata-rata mayat laki-laki.
"Ayah! Ibu! Andreea! Apa yang terjadi!? Dimana kalian!?" aku berlari menuju rumah.
Tidak ada. Tidak ada siapa-siapa. Andreea!? Dia juga tidak ada!
"Andreea! Jawab aku! Dimana kamu!?" teriakku berharap dia menyahut, tetapi tidak ada jawaban.
Desaku bagai desa mati saat ini. Aku memeriksa mayat warga desa satu persatu. Tidak salah lagi! Semuanya laki-laki. Tidak ada mayat anak-anak dan perempuan.
"Siera!" panggil tuan Sin.
Aku berlari kearahnya dan melihat sobekan kain ditangannya.
"Apa ini, tuan Sin?"
"Ini adalah sobekan bendera. Dan tidak salah lagi, ini adalah sobekan bendera Kerajaan Tanah. Sepertinya desa kalian dibantai oleh Kerajaan tanah," jelasnya membuatku terduduk karena tidak kuat menahan tubuhku yang seperti ditimpa batu besar.
"Tidak mungkin. Kenapa?" lirihku bingung.
"Arrrgggghhhhh!!!!"
Aku mendengar teriakan kak Kri yang otomatis membuatku dan tuan Sin berlari ke sumber suaranya. Aku lupa kalau ada kak Kri. Aku terlalu terkejut dan bergerak semauku.
"Kak Kri ada apa!?"
DEGH
"Ibuuuu!!!! Aaaaaa..."
Aku melihat kak Kri menangis histeris sambil memengang sebuah liontin hijau. Itu kalung ibu! Ugh.. Aku tidak pernah melihat kak Kri menangis sampai seperti ini. Hatiku terasa sakit.
Drap Drap Drap...