Malam hari...
Author's POV
Andreea kembali lagi ke tempat ayahnya untuk memberitahu mengenai duel nya besok dengan Vasiliás Kerajaan Api. Dan reaksi ayahnya sesuai dengan dugaannya.
"Kenapa kau begitu ceroboh, Reea?" tanya ayahnya dengan suara yang seperti frustasi dengan kelakuan anaknya.
"Maaf ayah. Aku jadi membuat nyawa ayah terancam," ucapnya tertunduk.
"Apa yang ditawarkan oleh Yang Mulia padamu?"
Pertanyaan Demiri sukses membuat Andreea terdiam.
"Jangan bilang kau belum mendengar apa tawarannya, tapi kau sudah menolaknya," tebaknya dan benar 1000%.
"Ma.. af ayah."
"Haduh Andreea Talenta. Kenapa kau begitu ceroboh? Kau pikir apa yang akan dilakukan oleh ibumu kalau dia ada disini?"
Lagi pertanyaan Demiri membuat Andreea terdiam dan berusaha tidak membayangkan apa yang ayahnya katakan. Meski ibunya sangat lembut, bukan berarti dia tidak bisa marah. Dan kalau orang yang biasanya lembut marah, jantung bisa terasa berhenti dua kali.
TET TET TEEETTT..
Saat Andreea ingin meminta maaf lagi, terdengar suara terompet yang bersahutan.
"Apa itu?" tanya Andreea bingung.
Bunyi terompet kali ini berbeda dengan bunyi terompet saat Vasiliás Kerajaan Api tiba. Suara terompet kali ini benar-benar membuat bulu kuduk merinding.
"Ayah tunggulah di sini. Aku akan melihat keadaan. Kalau aku tidak segera kembali, berarti ada hal genting yang terjadi," terangnya buru-buru pada Demiri.
"Reea!" panggil Demiri dari dalam sel, "berhati-hatilah dan tetaplah hidup."
"Siap ayah!" balas Andreea lalu pergi.
"Orc menyerang! Orc menyerang! Amankan anak-anak dan perempuan!"
Teriakan itu sukses membuat keadaan kastil menjadi kocar-kacir. Banyak pasukan yang lewat dan koridor kastil menjadi sangat padat.
Ukh! Padat sekali. Aku tidak bisa bergerak kalau begini! Batinnya karena baru berjalan sedikit sudah berhenti lagi lantaran terlalu padatnya.
Andreea pun bergerak ke tepian. Dengan susah payah dia akhirnya bisa mencapai tepian koridor. Koridor tempat dia saat ini berada di lantai tujuh.
Dia menjatuhkan diri dari tepian koridor ke lantai terbawah dan mengumpulkan chakra dipunggungnya membentuk tentakel dan mengarahkannya ke tanah terlebih dahulu untuk mengurangi kecepatan agar tidak menghantam tanah.
Setelah itu dia berlari ke gerbang kastil di Timur. Gerbang kastil Kerajaan Api ada dua. Satu di Timur dan satu lagi di Barat. Kastil berada di tengah-tengah Kerajaan. Di sekeliling Kerajaan dibangun tembok beton yang sangat besar. Kerajaan Api sendiri memiliki luas seratus ribu hektare.
"Dari arah para pasukan berlari, sepertinya penyerangan datang dari arah Tenggara Kerajaan," bisik Andreea pada diri sendiri.
Terlalu lama kalau berlari. Andreea pun menghentikan langkahnya dan mengumpulkan chakranya di punggungnya dan membentuk sayap.
WUSH
Dia pun terbang dengan kecepatan tinggi ke arah Tenggara. Setelah sampai, Andreea dapat melihat banyaknya Orc yang menyerang.
Banyak sekali! Batinnya dalam hati memperkirakan jumlah dari kawanan Orc itu.
Dari perkiraan Andreea, Orc yang menyerang lebih kurang lima ribu banyaknya. Itu tidak termasuk hewan-hewan aneh berkaki empat dan juga alat berat yang mereka bawa.
"Aura mereka tidak terasa! Sepertinya ada bakat yang menyembunyikan aura mereka!" teriak seseorang dari bawah Andreea.
"Aura penyembunyi? Bagaimana cara menyembunyikan aura sebanyak itu!?" gumannya tak percaya.
Andreea pun memutuskan untuk terbang lebih tinggi dan memakai pelindung aura untuk melihat lebih dekat ke kawanan itu.
Sekedar informasi, tidak semua makhluk dapat merasakan aura. Aura dapat dirasakan apabila makhluk tersebut memiliki kepekaan yang sangat tinggi. Biasanya semakin kuat suatu makhluk, maka semakin kuat pula kepekaannya dan semakin jauh jangkauan kepekaannya. Dan saat makhluk kuat tersebut tidak dapat merasakan aura apapun, itu artinya aura makhluk lain disembunyikan.
Itu!?
Andreea melihat ada seseorang yang sepertinya membuat sesuatu. Dia merentangkan kedua tangannya. Orang itu mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Seperti perisai kubah yang sangat besar sekali. Dia pun menukik turun ke arah orang itu.
"Apa yang kau lakukan di sini!? Di belakangmu ada kawanan Orc!" seru Andreea pada orang yang merentangkan tangannya itu. Sepertinya wanita berumur 20-an.
"A.. ku tahu! Kau kira.. hhhhh.. siapa yang.. membuat aura mereka.. hhhh.. hilang??" tanya wanita itu seperti sesak nafas.
"Ohok! ohok!" Wanita itu terbatuk sampai mengeluarkan darah dari mulutnya, tetapi dia tetap saja merentangkan kedua tangannya.
Begitu rupanya. Kubah besar ini dia yang buat. Batin Andreea mengerti.
"Kenapa kau sampai berbuat begini?" tanya Andreea bingung pada wanita itu.
Dia adalah manusia, tapi kenapa membantu Orc? Bukannya Orc itu makan daging? Manusia termasuk daging kan? Itu artinya makanan sedang membantu pemakannya.
"Saranku... kau pergilah... hhhh.. sekuat apapun... tidak akan ada yang menang... kalau diserang tiba-tiba..." sarannya pada Andreea.
"Aku minta jawaban bukan saran," balas Andreea yang membuat wanita itu menatapnya tajam.
Saat melihat kedepan, para Orc itu semakin mendekat. Andreea memutuskan untuk bersembunyi dibalik sebuah pohon yang tidak terlalu jauh dari situ. Akhirnya para Orc itu tiba di depan wanita itu.
"Aku sudah menyembunyikan auramu dan pasukanmu, sekarang kembalikan adikku!" teriak wanita itu pada Orc itu sambil mematikan kubah buatannya.
Ternyata dia begitu karena melindungi keluarganya.
"Bawakan!" perintah salah satu Orc yang sangat besar. Kemungkinan besar itu adalah pemimpinnya.
Orc lain membawa keranjang besar sekali dan mencampakkan keranjang itu kedepan wanita itu.
BRAK
DEGH
Tu-tulang berulang manusia! I- itu!? batin Andreea terkejut melihat tulang berulang manusia berserak dari keranjang yang dicampakkan itu.
"KYAAAAAAA!!!!!!! Ruuiiii!!!!" teriak wanita itu histeris.
HAP
Saat wanita itu sedang menangisi tulang berulang itu, pemimpin mereka memakan kepala wanita itu dan terus sampai akhirnya dia memuntahkan tulang-tulang wanita itu dan tertawa setelahnya.
Khhhhh!!! Dasar Rendah! Apa-apaan itu! batin Andreea tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.
Dia mengepalkan tangannya sehingga buku-buku jarinya memutih, nafasnya memburu, tubuhnya memanas, darahnya mendidih dalam tubuhnya. Seketika dia teringat kembali sewaktu ibunya dijadikan budak pemuas nafsu di Kerajaan Tanah. Kali ini bukan hanya teringat, dia seperti sedang berada di tempat yang sama dengan ibunya dan melihat dengan mata kepalanya sendiri ibunya yang menangis karena diperlakukan begitu.
Andreea's POV