Andreea's POV
"I..bu!?"
Aku melihat wanita yang selama ini kurindukan dirantai tangan dan lehernya di lantai. Dia seperti mayat hidup, pandangannya kosong, badannya penuh luka memar dan luka cambuk, dia hanya dibalut dengan kain untuk menutup seluruh tubuhnya.
"Ibu.. Ibu..." panggilku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku agar dia melihatku.
Jangankan melihatku dia bahkan seperti tidak sadar dengan keberadaanku.
"Ibuu... Hik.. Hikk... Apa yang terjadi padamuuu..??"
Aku menangis sejadi-jadinya sambil memeluknya. Kenapa dia jadi begini? Apa aku terlambat?
Tidak... Maafkan aku, bu... Aku memang tidak berguna..
Ibu tidak memberikan reaksi apa-apa. Dia hanya bengong dan menatap kosong ke bawah, entah apa yang dilihatnya. Aku hanya bisa menangis dan memeluknya.
Tunggu.. Barack bisa membuatku melihat masa laluku. Itu artinya aku bisa juga. Batinku tersadar.
Aku ingin tahu apa yang menyebabkan ibu menjadi begini. Akupun memegangnya dan mengatur pernapasanku. Aku membayangkan agar bisa melihat masa lalu ibu.
Hentikan!
Berhasil! Samar-samar aku mendengar suara ibu!
Kubilang hentikan!!! Kau menyakitiku!!!!
Tidak... Aku melihat orang itu melakukan hal keji lagi kepada ibu. Aku dengan jelas mendengar teriakan ibu. Hampir setiap minggu Vasiliás itu mendatangi ibu. Terkadang dia membawa cambuk dan memukuli ibu, mencelupkan ibu ke dalam air dan memaksa ibu melakukan hal-hal kotor padanya.
"Hentikan! Hentikan!"
Ibu yang di masa ini berontak. Sepertinya dia juga jadi melihat masa lalunya.
"Hentikkaannnn!!!! Hentikkaaannn!!!" teriak ibu semakin kencang dan badannya mulai bergejolak mendorongku membuat penglihatanku ke masa lalu ibu terhenti.
"Ibu.. Hik.. Ini aku.. Andreea..." ujarku padanya mencoba menenangkannya.
"Hentiiikkkaaannn!!!!!"
"Ibu.. Tenanglah.. Ibu..."
Aku berusaha menenangkan ibu dengan memeganginya, tetapi dia tidak mendengarku. Dia masih saja berteriak dengan keras dan menolakku. Dia tidak mau tenang dan terus berteriak 'hentikan'.
"Ibuuuuu.... Kumohon tenanglah... Ibu..."
Dari teriakan ibu, aku bisa merasakan betapa sakit yang dia rasakan selama ini. Ini karena si Vasiliás sial itu! Aku... pasti akan balas dendam!!
Nasehat ayah juga berlaku untukmu, Reea.
Tepat setelah aku berpikir untuk balas dendam, suara ayah sampai ke telingaku. Seperti dia ada di belakangku sekarang.
"Ukhhh... Ayahhh..."
Niatku untuk balas dendam tidak jadi. Ayah melarangku. Aku harus ingat janjiku dengan ayah. Sekarang aku hanya perlu menyelamatkan ibu terlebih dahulu. Aku memeluk ibu erat-erat dan mengatur pernapasanku.
WUSH
Aku mengggunakan Luna Alaka'i untuk menenangkannya. Aku juga mengaliri Luna Alaka'i dengan ingatanku bersama keluargaku. Aku memeluk ibu dengan erat. Menangis berharap cara ini berhasil.
Ibu kumohon kembalilah. Aku dan semuanya benar-benar merindukanmu..
"Andreea?"
DEG
Suara ini.. Suara orang yang sangat kucintai ini. Akhirnya suara ini menyebut namaku lagi. Setelah penantian yang sangat lama. Akhirnyaaa...
"Ibu... Ibuu... Ibuuuuu!!!!!!" raungku memanggil orang yang kupeluk saat ini.
"Syukurrlaaahhh... Hik.. Hikk.. Syukurlahhhh...."
Cara ini berhasil syukurlah. Aku dapat merasakan balasan pelukan dari ibu. Syukurlaahhh...
"Anakku... Putrikuu..." bisik suara itu lagi.
"Ibu tahu kamu pasti akan menyelamatkan ibu," lanjutnya, "terima kasih, putriku."
Ibu mengecup puncak kepalaku lama dan tetap memelukku. Aku masih saja terus menangis dan memelukknya.
"Lihat ibu, nak.."
"Hik.. Hikk..." aku melihat mata biru ibu. Mata yang sama denganku.
"Kenapa dengan wajahmu, Reea?"
"Ukhh.. Tidak apa bu. Bisa sembuh kok," balasku dengan melakukan apa yang dikatakan Barack. Aku membayangkan mantra di wajahku hilang dan benar terjadi.
"Kamu cantik sekali, Reea." puji ibu saat melihat wajahku yang sudah tidak dimantrai lagi.
"Ibu jugaaaa..." balasku memeluknya lagi.
"Apa yang kamu lakukan pada ibu, nak? Badan ibu tidak sakit lagi," tanya ibu padaku.
Kemudian aku menceritakan semua yang kualami pada ibu. Begitu pula pertemuanku dengan ayah dan kedua kakakku. Sampai aku memutuskan untuk menyelamatkan ibu. Aku tetap memeluk ibu sambil bercerita. Aku takut saat melepasnya dia akan pergi sejauh mungkin.
"Ibu mendengar kalau kerajaan ini akan menyerang Kerajaan Api, nak. Apa kamu tahu?" tanya ibu setelah aku selesai bercerita.
DEGH
"Kita harus kembali, bu! Ayah, kak Kri, dan kak Si ada di sana!" seruku bangun dari posisiku.
"Baiklah. Ayo.." ajak ibu, "bagaimana kita kesana? Apa kau bisa membawa ibu, Reea?"
Akupun mengumpulkan chakraku dan membentuk pegasus.
"Naiklah, bu!" seruku sambil merendahkan pegasusku agar ibu dapat naik dengan mudah.
"Pegangan padaku."
WUSH
Kami melesat terbang dengan kecepatan tinggi ke Kerajaan Api.
Ayah! Kak Kri! Kak Si! Kalian harus tetap hidup! Aku datang bersama ibu! batinku dalam hati.
Dari jauh Kerajaan sudah terlihat. Akupun menambah kecepatanku. Dan memasang pelindung aura. Dari atas aku dapat melihat banyak bendera dari kerajaan lain mengelilingi Kerajaan Api. Kira-kira ada sejuta pasukan yang berkumpul mengelilingi Kerajaan Api.
Apa-apaan ini!? Kenapa jadi begini?
Akupun menukik turun ke Kerajaan Api.