“Faris, ada tante Nirmala Nak.” Faris sendiri langsung keluar. Dia tampak senang dengan kedatangan Nirmala. Sengaja, Nirmala ingin bertemu Faris untuk membicarakan sesuatu.
“Faris, kulihat kau sama Amin akrab?” Faris sendiri menggeleng. Dia hanya menuduh jika Amin hanya mencari perhatian darinya. Nirmala sendiri hanya terdiam. Dia menjelaskan jika tak semua orang seperti itu.
Faris sendiri terdiam. Dia tak ingin berkomentar tentang apa yang dibicarakan oleh Nirmala. Nirmala sendiri mengerti jika Faris masih belum menerima apa yang kali ini dia bicarakan.
“Faris, tante kenal dengan kelarganya. Mereka orang baik. Tidak seperti orang yang kau kira selama ini.” Faris langsung menoleh. Dia masih belum begitu percaya dengan apa yang Nirmala katakan. Buktinya, banyak orang yang awalnya baik tetapi kemudian ikut membully.
“Faris, gak semuanya seperti itu. Teman-teman di sanggar gak seperti itu kan? Teman-teman di tempatu ngajar gak seperti itu kan? Gak baik terus-terusan prasangka buruk seperti itu.” Faris sendiri terdiam mendengar apa yang dikatakan Khadijah. Nirmala sendiri hanya tersenyum.
“Faris, kita main keluar yuk! Tolong temani anak tante ya.” Faris sendiri hanya bisa mengiyakan. Seorang anak lelaki berumur empat tahun langsung mendekap Faris dengan begitu senangnya.
Faris sendiri langsung mengajaknya menuju tanah lapang. Terlihat, anak tersebut senang dengan Faris. Mereka terus bermain hingga kondisi langit yang tiba-tiba mendung. Rintik hujan tak lama turun memaksa Faris harus menepi.
“Hujan.” Faris sendiri hanya terdiam. tapi, anak yang kali ini bersamanya tampak kedinginan. Faris sendiri langsung memberikan pelukan pada anak itu. Tampak dia begitu senang dan bercerita tentang mamanya.
Tak lama, Amin yang mendengar suara orang berbincang langsung menemui mereka. Dia tampak begitu hangat tersenyum. Anak itu langsung mendekat pada Amin. Faris sendiri yang melihat keakraban mereka tak kuasa menolak.
Amin mengajak Faris untuk memasuki rumah. Amin sendiri memberikan sebuah jaket pada Faris.
“Kenapa kau tidak berikan saja pada anak ini? Malah memberikannya padaku.”
“Faris, anak ini sudah aku berikan. Kamu yang belum. Kumohon, terima ini ya!” Faris sendiri akhirnya menerima barang itu. Jaket itu langsung dia kenakan.
“Tambah cakep.” Faris sendiri terkejut dengan kehadiran mamanya. Sejak kapan sang mama ada disini?
“Mama?”
“Iya Nak. Tante Nirmala juga ada disini. Sementara kita disini dulu sampai hujannya reda.” Faris sendiri mau tidak mau langsung mengiyakan.
Hifni sendiri yang melihat keakraban mereka langsung mendekat. Dia ingin berbicang dengan Faris. Banyak hal yang ingin diketahui dari anak ini. Beberapa pertanyaan memang tak ingin Faris jawab. Menjawab pertanyaan itu sama saja menghadirkan luka dalam hatinya.