A Missing Part

Rara Rahmadani
Chapter #2

Bagian Satu

Sinar matahari menyinari Kota Pekanbaru dengan terik-teriknya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, namun masih terasa panas. Beberapa kendaraan berlalu lalang pada jalan yang tidak terlalu besar yang berada disamping Fakultas Keperawatan Universitas Riau. Terlihat juga berberapa mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan itu masih memakai Almamater kebanggaan Universitas Riau. Pakaian mereka juga terlihat rapi, persis seperti mahasiswa baru yang sedang menikmati masa awal masuk kampus.

Gedung Fakultas Keperawatan yang berwarna biru seperti warna almamater Universitasnya sudah terlihat sepi. Sebagian besar mahasiswa sudah pulang, kecuali penghuni kelas 1B yang terletak dipojok lantai dua gedung itu. Seharusnya, mahasiswa kelas 1B sudah pulang sejak 10 menit yang lalu. Namun sepertinya dosen yang sedang mengajar itu enggan memulangkan mahasiswanya atau memang tidak ingat waktu.

Kelas 1B itu dihuni berbagai macam karakter manusia. Penghuni barisan pertama kelas itu merupakan orang-orang yang menganggap Indek Prestasi Kumulatif adalah segala-galanya. Mereka juga selalu mendengarkan penjelasan dosen dengan seksama, kemudian mencatat poin penting pada binder yang telah sudah terletak manis dimeja. Penghuni barisan kedua dan ketiga adalah orang-orang yang tidak terlalu pintar dan lokasi bangku ini merupakan posisi aman saat dosen menjelaskan materi. Biasanya dosen tidak terlalu terfokus kepada mahasiswa yang duduk dibarisan itu. Kemudian, penghuni barisan keempat adalah orang-orang yang gagal mendapatkan bangku barisan paling belakang. Posisi barisan ini juga kadang selalu menjadi titik fokus dosen saat menerangkan.

Terakhir, penghuni barisan kelima yaitu para orang-orang yang tidak niat kuliah dan hanya hadir karena absen. Barisan kelima ini diisi oleh berberapa jenis manusia yang memiliki karakter paling bertolak belakang. Sejak pertama kali perkuliahan dimulai, barisan kelima ini diisi oleh orang-orang yang sama. Mereka akan mengusir orang lain yang menduduki daerah teritorialnya.

Barisan kelima kelas 1B diisi oleh Alfin yang diangkat sebagai ketua barisan. Alfin ini merupakan mantan pejuang Akademi Militer, namun karena suatu hal, Alfin tertolak kemudian terdampar di Fakultas ini. Selanjutnya diisi oleh Risa yang merupakan antek-antek drama korea garis keras. Risa juga menyebarkan virus drama korea kepada laki-laki yang ada dikelas itu sehingga membuat mereka menonton drama korea. Disamping Risa, ada Vandy yang merupakan pemuja anime. Vandy juga merupakan tipe laki-laki yang selalu bermain game online yang tidak ingat waktu. Selanjutnya, ada Feri yang dianggap sultan karena akun gamenya cukup kaya. Dan terakhir, ada Ahmad yang menjadi satu-satunya laki-laki budak cinta yang ada dikelas itu.

Perkuliahan sore ini memang membosankan. Mata kuliah Komunikasi Kesehatan yang diajarkan oleh Ibu Ersyawati memang terasa agak menegangkan. Seharusnya perkuliahan sudah bubar sejak 10 menit yang lalu. Disaat Ibu Ersyawati sibuk menerangkan materi, justru para penghuni barisan belakang malah sibuk bermain game yang cukup terkenal pada saat ini, yaitu PUBG Mobile.

“Sst... Nadila..” Feri memanggil Nadila dengan pelan, takut Ibu Ersyawati mendengar suaranya. “Main bareng gak? Kurang satu orang nih.”

Nadila merupakan satu-satunya perempuan yang memiliki game PUBG pada ponselnya. Disaat perempuan lain sibuk menonton drama korea atau menggosip ria pada saat menunggu dosen masuk kelas, Nadila justru mengajak para penghuni barisan belakang untuk melakukan main game bersama kemudian meningkatkan rangking game yang biasa dikenal push rank.

Feri sadar bahwa perempuan yang ada dihadapannya ini tidak mendengar ajakannya. Feri langsung mengambil ponselnya kemudian mengetikkan pesan kepada Nadila.

“WOI NADILA MABAR GAK? KURANG 1 ORANG NIH.”

Tepat saat Feri mengirim pesan itu, ponsel Nadila langsung berbunyi nyaring. Ibu Ersyawati yang sedang sibuk menulis sesuatu dipapan tulis, membalikkan badannya kemudian menatap Nadila yang panik. Nadila lupa mengaktifkan mode silent pada ponselnya.

Lihat selengkapnya