A Missing Part

Rara Rahmadani
Chapter #5

Bagian Empat

Setelah hampir seminggu menjalani pembekalan di gedung BIN, Nadila mulai mengerti sedikit bagaimana cara bekerjanya para intel diluar sana. Saat ini, Nadila sudah mahir menggunakan senjata api yang bernama pistol. Ia juga merubah penampilannya, supaya tidak ada yang mengenalinya. Nadila memotong rambutnya sebahu, kemudian mengecatnya menjadi warna blonde. Ia juga memakai tindik ditelinganya.

Saat ini, Nadila sedang menunggu Arfid yang sedang berbicara dengan Mbak Metri. Ia dan Arfid akan segera menuju Palembang. Sembari menunggu, Nadila melihat wajahnya pada spion mobil. Nadila menghembuskan nafasnya kasar karena ia tahu bahwa saar ini ia melihat seorang Azalea, bukan seorang Nadila.

Arfid mendekati Nadila kemudian menepuk bahunya, “sudah siap Le?”

Nadila mengangguk pelan kemudian masuk kedalam mobil sport yang disediakan oleh BIN itu. Berberapa detik kemudian, Arfid juga memasuki mobil itu. Nadila dan Arfid memakai sabuk pengaman.

“Sudah?” tanya Arfid.

“Sudah, Fid,”jawab Nadila dengan lirih. Setelah mengatakan itu, Nadila tahu bahwa ia akan menanggalkan identitas lamanya.Mobil sport yang bermerk BMW itu kemudian pergi, menjauhi gedung itu.

****

Saat ini mereka berada di Jalan Tol yang menghubungkan Jakarta dengan pelabuhan merak. Gedung-gedung tinggi Jakarta sudah mulai tidak terlihat. Sekarang, disebelah kanan dan kiri mobil mereka hanyalah perpohonan tinggi.

Supaya tidak terasa membosankan, Azalea memilih untuk memutar musik. Saat ia hendak memilih playlist lagu, matanya tak sengaja melirik Arfid yang berberapa kali menoleh ke arah spion mobil.

“Kenapa, Fid?” tanya Azalea.

“Le, pistol kamu dimana?” Arfid justru bertanya balik dengan nada panik.

“Ini, didalam tas gue. Kenapa?”

“Pegang. Kita diikuti.”

Mendengar itu, Azalea mendadak panik. Ia mengambil tasnya yang berada di jok belakang. Saat mengambil tasnya, ia melihat sebuah mobil Avanza yang memang mengikuti mereka.

“Lihat kiri terus Le. Jangan lengah,” Arfid mengingatkan Azalea. Arfid memacukan mobilnya dengan kecepatan maksimal namun mobil Avanza tersebut masih bisa menyusul mereka.

Suasana mendadak mencekam. Azalea melihat ke arah kanan, namun ia tak melihat mobil satupun yang menuju Jakarta. Hanya ada mobil mereka dan mobil yang berada dibelakang.

Mobil Avanza tersebut menabrakkan dirinya ke sisi kiri mobil mereka seakan-akan meminta jalur kiri. Arfid mendadak menghantamkan stirnya ke kanan. Azalea melirik ke arah spion kiri mobil, “Mereka incar gue, Fid.”

Arfid langsung membuka sabuk pengamannya, “Le, jangan lengah. Buka sabuk lo. Nanti saat gue banting stir ke kanan, lo langsung nembak ban depannya ya.”

Mobil Avanza tersebut semakin mendekati sisi kiri Azalea. Azalea langsung membuka sabuk pengamannya kemudian menurunkan kaca jendela mobil menjadi setengah. Terlihat seseorang yang berada di jok tengah memegang senjata kemudian hendak menodongkannya kepada Azalea.

Arfid langsung membanting stirnya ke arah kanan, “Tembak, Le!”

Lihat selengkapnya