A Missing Part

Rara Rahmadani
Chapter #8

Bagian Tujuh

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan masjid terbesar yang ada di Kota Palembang. Masjid ini terletak tidak jauh dari Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera sehingga membuat lokasi mesjid ini menjadi strategis. Masjid ini dibangun pada abad ke-18 sehingga membuat Masjid ini termasuk ke salah satu masjid tertua yang ada di Kota Palembang.

Kondisi masjid pagi ini sekarang cukup ramai, karena disinilah dilaksanakannya akad nikah putri anggota DPRD yang cukup berpengaruh dengan putra tunggal yang juga merupakan anak Brigadir Jenderal Polisi. Berberapa papan bunga yang terletak di tepi jalan membuat Azalea tertarik untuk melihatnya. Siapa tahu ada seorang penjabat yang mencurigakan ikut mengirim papan bunga sebagai tanda memberikan selamat kepada mereka yang menikah?

Azalea memegang earphone yang terletak dibelakang telinganya. Sebelum berangkat kesini, Arfid memberikannya earphone sebagai alat untuk jaga-jaga. Tak lupa juga, Arfid mengingatkannya untuk selalu membawa tasnya yang berisi pistol kemana-mana. Azalea melihat berberapa orang polisi yang mengawal acara tersebut sambil memegang senjata laras panjang, membuat Azalea enggan membawa tas yang berisi pistol itu karena Azalea yakin tidak akan ada yang mengincarnya. Azalea memilih meletakkan tasnya itu ke dashboard mobil yang sengaja ia parkir di dekat Benteng Kuto Besak.

Azalea hendak menyebrang ke tepi jalan yang dimana banyak terletak papan bunga yang bisa ia amati. Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Azalea. Azalea langsung membalikkan badan dan ternyata yang menepuk bahunya barusan adalah Raisya.

Raisya memang selalu terlihat cantik. Azalea pun mengakui hal itu. Pagi ini Raisya terlihat begitu modis, dimana ia mengenakan sebuah gaun berwarna dongker yang bertali tipis. Saat melihat warna gaun Raisya, Azalea langsung teringat bahwa Arfid juga memakai kemeja batik yang senada dengan warna gaun Raisya.

“Loh, Kak? Perasaan tadi bang Arfid bakal jemput kakak deh,” ucap Azalea keheranan karena saat menuju kesini, ia dan Arfid mengendarai mobil masing-masing.

“Udah tiba kok dek, tadi Arfidnya ada urusan sebentar. Kakak lirik kanan-kiri eh ketemu kamu,” balas Raisya sambil tersenyum. “Kamu mau temanin kakak gak? Kakak gak bisa minta tolong Arfid soalnya dia kan lagi ada urusan.”

“Kemana kak? Mobil aku jauh tuh kak, aku parkirin di daerah Benteng Kuto Besak,”tanya Azalea. Azalea sama sekali tidak menaruh kecurigaan kepada Raisya.

“Ke rumah kakak, sebentar doang. Ada yang ketinggalan. Pakai mobil saudara kakak, tenang aja, Le,” jawab Raisya.

Azalea mengangguk. Ia mau menemani Raisya untuk menjemput sesuatu yang tertinggal dirumahnya. Raisya langsung merangkul Azalea kemudian membawanya ke parkiran mobil yang tak jauh dari masjid itu.

****

Azalea sedang menimang-nimang ponselnya antara ragu ingin menghubungi Arfid. Azalea melirik ke arah Raisya yang terlihat sibuk mengendarai mobil. Azalea memutuskan untuk mengirim lokasinya kepada Arfid, hanya untuk berjaga-jaga. Karena, Azalea berfikir bahwa jika pun Raisya ingin mencelakainya, Azalea bisa melawannya karena ia mahir dalam bela diri.

Azalea melirik ke arah jalanan, berberapa gedung sudah mulai tidak terlihat. Azalea melihat sebuah plang penunjuk jalan kearah Indralaya. Kali ini sudah tidak ada perumahan, hanya ada persawahan dan hutan ditepi jalan.

Raisya mendadak memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Sebelum turun Raisya berkata “Bentar, Le. Kakak cek dulu, kok mendadak mogok.”

Azalea merasa tidak ada yang beres apalagi melihat gelagat Raisya yang mencurigakan. Azalea turun kemudian hendak mencengkram bahu Raisya namun gagal karena tiba-tiba beberapa orang membengkap mulutnya dari belakang dengan menggunakan sapu tangan. Azalea tahu bahwa sapu tangan itu sudah diberi obat bius. Azalea sempat memberontak namun tiba-tiba penglihatannya mendadak hitam. Sebelum pingsan, Azalea sempat mendengar ucapan Raisya, “Bawa dia ke sekitaran hutan Prabumulih.”

****

Setelah memarkirkan mobilnya dengan aman, Raisya kemudian berjalan menuju halaman masjid yang masih terlihat ramai. Raisya hendak menghindari Arfid namun gagal karena Arfid berhasil melihatnya.

Arfid berlari kearah Raisya, “Sya, darimana kamu?”

“Ini baru beli pulsa. Gimana urusan kamu? Udah selesai kah?” tanya Raisya dengan nada yang terlihat tenang. Sejujurnya Raisya merasa takut apabila ia ketahuan menculik Azalea.

“Kirain kemana. Ini akad nikahnya udah mulai.” Ucap Arfid.

“Yaudah yuk kedalam masjid, maaf ya buat kamu nunggu lama.” Balas Raisya kemudian menggandeng lengan Arfid. Arfid hanya diam dan Raisya bersyukur Arfid tidak menanyakan keberadaan Azalea. Raisya langsung mengajak Arfid untuk masuk ke masjid agar bisa melihat prosesi akad nikah temannya.

****

Mobil membawa Azalea pergi dari lokasi tadi dengan kecepatan yang diatas rata-rata. Berberapa kali mobil itu akan menabrak bus atau truk yang lewat apabila sang supir tidak lihai membawanya. Azalea merasa sedikit pusing. Dengan pelan-pelan, Azalea membuka matanya. Ia melihat dirinya sedang diapit oleh berberapa preman yang bertubuh cukup besar. Azalea melirik kearah kanan dengan hati-hati.

Mobil itu berbelok menuju sebuah perkebunan. Begitu tahu, Azalea langsung berteriak, “Bangsat! Kenapa kalian menculik gua hah?”

Preman yang ada disamping Azalea kaget. seseorang memukul tengkuk belakang Azalea dengan keras sehingga membuat Azalea hampir jatuh ke depan. Azalea langsung mengambil ponselnya yang ia simpan di tas kecil.

Preman yang disebelah kanan Azalea langsung merampas ponsel Azalea kemudian membuangnya keluar jendela kaca mobil. Azalea langsung memberontak, “Awas kalian bajingan!”

Melihat perlawanan Azalea, seseorang yang berada di belakang Azalea menjadi geram. Orang itu mengambil tongkat besi yang biasa digunakan pada permainan softball kemudian memukul tengkuk dan kepala Azalea. Setelah itu, Azalea kembali pingsan.

****

Prosesi akad nikah putri dan putra orang yang berpengaruh di Kota Palembang itu terjadi secara haru. Raisya masih menggandeng lengan Arfid, sementara mata Arfid berpencar ke segala penjuru yang ada dimasjid itu, berusaha mencari keberadaan Azalea.

Arfid juga tidak melihat sosok Ilham didalam masjid itu. Arfid mendadak gelisah jika tidak melihat Azalea. Namun, Arfid berusaha untuk berfikiran positif karena ia juga tidak melihat Ilham. Siapa tau mereka sedang berdua kan?

Arfid tahu bahwa Azalea itu bukanlah perempuan sembarangan. Apalagi Azalea berasal dari pencak silat yang cukup terkenal di Provinsi Riau. Arfid juga sempat mengingatkan Azalea untuk selalu membawa pistol kemana-mana. Arfid tahu bahwa ia tak mungkin selalu mencemaskan Azalea.

Arfid kembali melihat kearah depan yang dimana Elsa dan Aldi sedang melakukan prosesi tukar cincir. Raisya berkata kepadanya, “Kamu kapan nyusul, Fid?”

Arfid sempat terdiam sebentar, “nanti kalau udah ada calon.”

****

Halaman masjid kini sudah sepi. Hanya terlihat berbagai orang yang sedang berlalu lalang. Akad nikah Elsa dan Aldi sudah selesai 30 menit yang lalu dan prosesi pedang poranya akan dilaksanakan 3 hari kedepan disebuah hotel bintang lima di Kota Palembang.

Lihat selengkapnya