“Jatuh cintalah kepada orang yang tahu cara membalasnya.”
****
Rumah sakit selalu memiliki 2 makna yang berbeda. Satu sebagai tempat seseorang atau sekelompok orang untuk merayakan dan bersuka cita menyambut kehadiran buah hati, sementara disisi lain rumah sakit itu merupakan tempat yang menyedihkan dan memilukan karena sebagian orang sedang berjuang untuk bertahan hidup.
Arfid memang membenci rumah sakit. Oleh karena itu, ia selalu berhati-hati dalam menjalankan setiap misinya. Namun karena lawannya tahu bahwa ia memang selalu waspada, lawannya lebih mengincar partner yang menjalani misi bersamanya. Arfid membenci pikiran licik seperti itu.
Ruangan yang didominasi cat berwarna putih ini terlihat begitu menyeramkan apalagi saat terdengar suara monoton dari beside monitor EKG yang terletak disamping ranjang tidur Azalea. Diatas nakas terletak sebuah vas bunga yang berisi bunga lily yang masih segar. Sudah hampir seminggu Azalea dinyatakan koma dan Azalea masih memilih untuk tidak bangun dari tidur panjangnya.
Arfid yang sedari tadi memperhatikan Azalea yang tengah tertidur pulas berkata, “Le, gak mau bangun?”
Pertanyaan itu hanya dibalas suara monitor EKG yang tidak terlalu keras. Arfid masih setia menemani Azalea disini tanpa pulang kerumah sebentar pun. Arfid setiap hari mengganti bunga lily yang layu dengan bunga yang baru divas itu.
Arfid juga memantau kasus Raisya melalui televisi rumah sakit itu dan internet. Entah apa yang dilakukan oleh BIN sehingga pihak kepolisian tidak meminta keterangan mereka. Awalnya Arfid mengira misi mereka akan kacau, namun kelihaian Mbak Metri dalam membelokkan fakta, Arfid jadi sedikit bersyukur.
Saat ini, Raisya sedang menjalani sekelebat persidangan yang menyita waktu. Raisya sedang diancam dengan hukuman kurungan penjara maksimal 15 tahun karena perilakunya. Sementara, kedua orang tuanya ditangkap karena ketahuan menerima suap dari Septiawan Hendri. Secara tidak langsung, Raisya sedang menggali kuburan untuk orang tuanya.
Arfid kembali menatap wajah Azalea yang masih terlihat pucat. Arfid memohon kepada pemilik Alam, pemilik semesta untuk tidak membuatnya kehilangan partner yang kedua kalinya. Sudah cukup rasa sakit yang ia terima saat ia kehilangan Ryan, ia tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia juga harus kehilangan Azalea.
Arfid melihat Azalea membuka matanya secara perlahan. Arfid pun tersenyum kearah Azalea, setetes air mata jatuh dari sudut mata tegasnya. Sebelum menekan bel yang ada didinding atas ranjang Azalea, Arfid tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur karena doanya didengar oleh Sang Pemilik Alam.
****
Konon disaat seseorang yang mengalami koma maka jiwa orang tersebut keluar dari raganya. kemudian ia juga bisa mendengar percakapan yang ada disekitarnya.
Satu hari sebelum Azalea bangun, Arfid masih setia berada disamping Azalea tanpa berniat beranjak sedikitpun. Bunga Lily yang berada diatas nakas itu hampir layu.Arfid hendak keluar untuk membeli bunga lily yang baru, namun tiba-tiba Mbak Metri masuk ke ruangan Azalea yang sedang dirawat.
“Gimana, Fid?” tanya Mbak Metri kemudian melirik ke wajah Azalea yang masih terlihat pucat. Beberapa perban dikepala Azalea terlihat darah yang sudah mengering.