“ Ini hanya rasa takut kehilangannya, karena saat ini hanya dia yang aku andalkan. Aku tidak jatuh cinta.”
****
Siang ini, Azalea, Arfid dan Mbak Metri sudah janjian untuk bertemu di restoran Hotel Aryaduta Palembang. Mbak Metri langsung berangkat ke Palembang saat Azalea mengatakan bahwa ia mendapatkan perkembangan dalam kasus korupsi yang dilakukan oleh Septiawan Hendri.
Restoran Hotel Aryaduta Palembang begitu sepi. Azalea memang tak salah memilih tempat untuk membahas misi ini. Azalea, Arfid dan Mbak Metri duduk secara melingkar. Dihadapan mereka masing-masing sudah ada berberapa lembar foto penjabat yang Azalea potret kemarin serta sebuah flashdisk yang berisi rekaman pembicaraan.
“Kamu ingat siapa namanya, Le?” tanya Mbak Metri sambil melihat foto kedua penjabat itu.
“Gilang dan Fredy,” jawab Azalea dengan mantap.
Mbak Metri mengangguk pelan, “Bagus Lea. Memang Fredy dan Gilang ini masuk kesalah satu orang yang dicurigai menyembunyikan Septiawan Hendri.”
Azalea mengangguk. Baru sekali ini Azalea merasa bangga dengan dirinya. Secara tidak langsung, ia berkontribusi menyelamatkan 260 juta rakyat Indonesia dari tikus berdasi.
Setelah Mbak Metri menyimpan berberapa lembar foto penjabat itu dan flashdisk kedalam tas kecilnya, Mbak Metri melihat Arfid yang sedari awal sibuk bermain ponsel.
“Lagi ngapain kamu, Fid? Ada yang ngechat kamu?” tanya Mbak Metri.
Azalea menoleh kearah Arfid yang memang terlihat sibuk bermain handphone. Arfid yang baru saja tertangkap basah bermain ponsel, langsung mematikan ponselnya kemudian memasukkannya kedalam kantong celana.
“Gak apa-apa kok Mbak,” jawab Arfid.
Azalea menangkap kebohongan dari ucapan Arfid. Arfid tak pernah bermain ponsel saat mereka sedang berkumpul seperti ini. Azalea ingin menyanggah ucapan Arfid, tapi ia sedang tidak ingin berdebat. Jadi, Azalea memilih diam.
“Yasudah, Mbak balik dulu ke Lubuk Linggau. Azalea, kamu harus hati-hati ya. Jangan lengah,” ucap Mbak Metri.
Azalea mengangguk. Mbak Metri bangkit dari kursinya kemudian pergi menjauhi Azalea dan Arfid. Setelah Mbak Metri pergi, Arfid juga bangkit dari kursinya.
“Maaf Le, gue ada urusan. Gue gak bisa ke Benteng Kuto Besak sama lo. Lo langsung pulang ke rumah aja,” kata Arfid kemudian menyerahkan kunci mobil Azalea. Azalea dan Arfid memang pergi menuju hotel ini menggunakan mobil Azalea.
“Lo mau kemana? Naik apa?” tanya Azalea dengan kecewa. Sebelum ke restoran ini, Arfid mengajak Azalea untuk melihat matahari terbenam di Benteng Kuto Besak. Azalea tidak bisa menyembunyikan raut kekecewaan dari wajahnya.
Arfid mengeluarkan ponselnya dari saku celana, “Gue naik ojek online. Lo langsung pulang ya. Jangan keluyuran!”