“ Berkali-kali kamu meminta maaf kepada saya. Seharusnya saya yang meminta maaf kepadamu, karena saya selalu menyusahkan kamu.”
****
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Dengan hati-hati, Azalea menutup pintu rumah dengan pelan karena ia takut membangunkan Arfid yang mungkin sedang asik berada di alam mimpi. Begitu sudah diluar rumah, hawa dingin langsung menusuk kulit Azalea yang hanya terbungkus kaos tipis. Azalea menjinjing tas hitamnya kemudian berjalan ke arah pagar. Kali ini ia tak ingin membawa mobil.
Azalea membuka pagar dengan pelan. Sudah terlihat seorang laki-laki separuh baya yang memakai jaket ojek online, “ Dengan Mbak Azalea?”
Azalea mengangguk. Laki-laki separuh baya itu pun memberikan helm kepada Azalea. Azalea langsung memakainya kemudian naik ke motor.
“Jalan Panca Usaha ya Pak,” ucap Azalea.
“Siap, Mbak,” balas Bapak itu kemudian melesat, meninggalkan rumah itu.
Sepanjang perjalanan, Azalea terus menoleh kearah jalanan yang terlihat sepi. Hanya berberapa kendaraan melewati jalan raya. Angin subuh yang begitu dingin semakin menusuk kulit Azalea. Azalea sedikit menyesal karena ia tidak memakai jaket.
Saat melewati Jembatan Ampera, Azalea menatap Sungai Musi dengan gamang. Sekelebat kenangan saat ia berada ditengah Sungai Musi bersama Arfid mengusik pikirannya. Azalea langsung membuka ponselnya kemudian tersenyum saat melihat foto selfie ia bersama Arfid. Arfid terlihat begitu menggemaskan karena pose foto Arfid terlihat manyun.
Azalea terus tersenyum melihat foto itu hingga tak sadar bahwa motor sudah berhenti tepat didepan rumah mewah yang berpagar tinggi. Bapak itu pun berkata, “Sudah sampai, Mbak.”
Azalea langsung menutup handphonenya kemudian turun dari motor itu. Azalea mengeluarkan berberapa lembar uang kertas dari saku celananya kemudian menyerahkannya kepada Bapak itu.
“Aduh Mbak. Bapak gak ada kembalian nih,” ucap Bapak itu.
Azalea langsung menggelengkan kepalanya, “Gapapa, Pak. Ambil aja.”
“Serius Mbak? Alhamdulillah, terimakasih ya Mbak,” balas Bapak itu.
Azalea menganggukan kepalanya. Bapak itu pun langsung pergi dari lokasi itu setelah mengucapkan terimakasih lagi. Azalea menatap rumah mewah yang ada dihadapannya. Ia tak menyangka bahwa Risa tinggal dirumah itu.
Sebelumnya, Azalea tak pernah ingin kabur ke rumah Risa. Awalnya, Azalea menelepon Ilham dengan maksud mengajaknya untuk bertemu namun entah kenapa nomor ponselIlham tidak aktif. Akhirnya Azalea memilih menghubungi Risa, kemudian Risa memberi alamat rumahnya.
Seseorang mendorong pagar yang menjulang tinggi itu ke arah samping. Terlihat Risa yang memakai daster berwarna cokelat muda dengan rambut yang acak-acakan. Risa menatap Azalea yang mematung di depan pagar, “Kau gak mau masuk? Lagian ada-ada aja, lagi dingin kok pakai kaos.”
“Aku lupa pakai jacket,” balas Azalea kemudian berjalan masuk kedalam pagar itu. Begitu Azalea masuk, Risa langsung menutup pagar itu kemudian menguncinya.
Azalea menatap perkarangan yang luas dihadapannya. Bahkan ada ayunan ditengah perkarangan itu. Risa melihat Azalea yang melongo kemudian menyikut lengannya. Risa langsung berjalan mendahului Azalea.
****
Azalea tak henti-hentinya berdecak kagum saat melihat interior rumah Risa yang begitu terlihat mewah. Saat masuk kerumah saja, Azalea sudah melihat berberapa guci yang tinggi berada diruang tamu. Azalea tak menyangka bahwa ternyata Risa begitu kaya, padahal penampilan Risa tidak mencerminkan seperti orang kaya.