Berita tentang Septiawan yang sudah hampir tertangkap langsung menyebar dengan cepat. Tanpa butuh waktu yang lama, berita itu sudah menjadi headline di koran dan televisi. Sebelumnya, pihak kepolisian ingin meminta keterangan Azalea mengenai Septiawan, namun entah mengapa tiba-tiba pihak kepolisian membatalkan itu.
Azalea mengangkat satu kakinya ke sofa yang ada di ruang keluarga. Saat ini, ia sedang melihat berita yang ada di televisi mengenai Septiawan. Pemerintah Sumatera Selatan memerintahkan personel polisi untuk melakukan pengecekan di bandara, pelabuhan dan jalan lintas yang menghubungi provinsi lain. Dengan begini, ruang Septiawan untuk kabur dari Sumatera Selatan akan menjadi sempit.
Azalea menatap Arfid yang duduk disampingnya. Arfid terlihat begitu fokus dengan ponsel yang sedang ia pegang. Tiba-tiba dada Azalea merasa menyempit saat ia kembali teringat bahwa ia tak akan pernah bisa bertemu dengan laki-laki yang ada disampingnya.
“Besok lo udah harus pulang ke Pekanbaru,” ucap Arfid tiba-tiba.
“Hah? Kenapa kok cepat banget?” balas Azalea kaget. Azalea tak menyangka bahwa besok ia sudah harus pulang ke Pekanbaru. Rasanya terlalu cepat.
“Mbak Metri yang bilang,” jelas Arfid kemudian menatap Azalea dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
“Gue gak mau!” teriak Azalea dengan parau. Azalea belum siap untuk meninggalkan Kota Palembang.
Arfid langsung mencengkram tangan azalea, “Lea! Jangan begini.”
Azalea menyentak tangan Arfid. Azalea langsung berdiri kemudian berlari ke kamarnya yang terletak dilantai dua. Sementara, Arfid mengusap wajahnya dengan kasar. Arfid sebenarnya juga tak ingin Azalea pergi ke Pekanbaru secepatnya, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa saat Mbak Metri memberitahunya bahwa besok Azalea sudah harus pulang.
Berberapa menit kemudian, Azalea berjalan menuruni tangga dengan cepat. Azalea terlihat berpakaian rapi sambil menjinjing tas hitam, sementara tangannya terlihat sedang menggengam kunci mobil. Arfid langsung berdiri tegak kemudian mencegat Azalea yang akan berjalan keruang tamu.
“Mau kemana lo? Kan udah gue bilang, dirumah aja,” ucap Arfid melunak.
“Terserah gue kemana!” balas Azalea ketus.
“Septiawan masih belum ditemukan,Le. Nanti lo diculik lagi.”
“Gak bakal! Besok kan gue udah harus terbang ke Pekanbaru. Gue mau nikmatin waktu gue terakhir kali disini.”
Arfid langsung memegang lengan Azalea, berusaha untuk memintanya jangan pergi, “Ini semua demi keselamatan lo, Lea. Suatu saat lo bakal bisa mengunjungi Palembang lagi kok.”
Azalea menyentak tangan Arfid dengan kencang. Tanpa memedulikan ucapan Arfid, Azalea berjalan ke arah ruang tamu. Saat Azalea membuka pintu rumah, Azalea berkata “Gue gak bakal ke Palembang lagi. Terlalu menyakitkan kesini. Gue mau habisin waktu gue disini.”
“Yaudah, tunggu. Gue ikut.” Ucap Arfid. Akhirnya Arfid memilih untuk ikut demi menjaga Azalea, sekaligus menikmati waktu mereka berdua untuk terakhir kalinya.