“Konon waktu akan membuat seseorang terbiasa.
Entah kenapa, waktu tidak bisa membuatku terbiasa tanpa kehadirannya.
Kenapa bayangan laki-laki itu masih muncul dibenakku?”
****
Tak terasa sudah hampir dua bulan Nadila meninggalkan Kota Palembang. Padahal sudah cukup lama Nadila tak bertemu dengan Arfid namun Nadila masih menangisi Arfid apabila ia tiba-tiba teringat dengan Arfid. Nadila juga akan menangis saat ia pulang larut malam, lalu tak menemukan Arfid yang biasanya menunggunya diteras sambil melipat tangan. Begitu banyak kenangan yang ditinggalkan Arfid hingga kadang membuat Nadila tersiksa. Nadila benar-benar merindukan laki-laki itu.
Nadila juga kadang menghubungi Ilham, hanya untuk bertukar kabar. Nadila juga bertanya kabar Arfid kepada Ilham, namun Ilham berkata bahwa sejak Nadila pulang ke Pekanbaru, nomor ponsel Arfid sudah tidak aktif lagi.
Nadila melangkahkan kedua kakinya menuju tangga yang menghubungkan ke lantai satu. Nadila baru saja diusir oleh dosen yang mengajar mata kuliah Keperawatan Jiwa yang bernama Ibu Endang karena Nadila ketahuan memainkan ponselnya saat Ibu Endang sedang menjelaskan materi.
Nadila sengaja memainkan ponselnya pada saat Ibu Endang menjelaskan materi kuliah hanya karena ia merindukan Arfid. Nadila membuka instagram yang ia buat dengan nama Azalea. Hanya di instagram itulah ada foto ia bersama Arfid.
Setelah menuruni tangga yang menuju ke lantai satu, Nadila merogoh saku kemejanya kemudian mengambil ponselnya. Nadila menatap foto Arfid yang menjadi lockscreen ponselnya. Secara tak sadar, setetes air mata jatuh ke layar ponsel itu.
Nadila mengusap matanya dengan kasar, berusaha untuk tidak menangis. Nadila sadar bahwa ia terlalu merindukan Arfid. Nadila pun meletakkan ponselnya kembali ke saku kemejanya. Nadila berjalan ke parkiran motor yang tak terletak jauh dari tempat ia berdiri sebelumnya.
Seorang yang sedang membelakangi Nadila terlihat menyandarkan punggungnya ke pohon dan itu mengusik pandangan Nadila. Namun Nadila bersikap tidak peduli. Saat Nadila hendak melewati orang itu, orang itu membalikkan tubuhnya. Nadila langsung membekap mulutnya saat ia tahu pemilik tubuh itu.
“Apa kabar, Lea?” laki-laki itu masih memanggilnya dengan nama Azalea.
Nadila langsung memeluk laki-laki yang ternyata adalah Arfid. Air mata Nadila tumpah hingga membasahi baju kaos yang berwarna hitam yang sedang dipakai Arfid. “Kok bisa, Fid? Kok bisa lo menemui gue?”
“Ya bisalah. Kan gue udah bilang, kalau ada kesempatan, gue bakal menemui lo,” jawab Arfid kemudian mengelus rambut Nadila.
Nadila tersenyum sambil menangis. Ia benar-benar merindukan Arfid. Melihat Arfid yang tiba-tiba datang ke Pekanbaru, membuat Nadila tak bisa menahan tangisannya. Awalnya ia mengira tak akan bisa bertemu Arfid lagi, namun ternyata ia salah besar. Laki-laki dihadapannya berusaha menemuinya lagi.
“Gak apa-apa lo nemuin gue, Fid? Kan lo yang bilang lo harus menghilang dari hidup gue karena demi keselamatan gue,” tanya Nadila.
Arfid melepaskan pelukannya kemudian membelai rambut Nadila yang sudah panjang hingga melewati bahu. “Gak apa-apa. Merindukan lo itu menyusahkan, Nad. Kali ini gue berusaha melindungi lo. Kalau lo gak mau hidup lo berbahaya lagi, dengan senang hati gue pergi.”
“Nggak,” Nadila langsung menggelengkan kepalanya. “Sekalipun berbahaya, gue yakin lo gak bakal membiarkan gue terluka.”
Arfid hanya tersenyum kemudian memeluk Nadila dengan erat. Nadila melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Arfid, berusaha membalas pelukannya. Banyak rindu yang harus Nadila tuntaskan kepada pemilik tubuh yang tingginya hampir 187 sentimeter itu.
“Jangan pergi lagi, Fid.”
“Iya.”
****
Nadila menatap wajah Arfid yang sedang menyantap nasi goreng dengan lamat-lamat. Kantin Fakultas Keperawatan saat ini tidak begitu ramai karena sebagian mahasiswa masih ada jam kuliah. Nadila masih tak menyangka bahwa laki-laki yang sedang makan dihadapannya ini adalah Arfid, laki-laki yang pernah memutuskan untuk menghilang dari hidupnya. Rasanya, Nadila ingin menangis saat ia tahu bahwa ia bisa bertemu dengan Arfid lagi.
“Udah, jangan tatap-tatap gue lagi,” ucap Arfid.