A Missing Part

Rara Rahmadani
Chapter #30

Bagian Dua Puluh Sembilan

“ I wanna sit on a rooftop with someone at 11pm just looking at the stars, again.”

****

Setelah melakukan briefing yang hampir memakan waktu selama tiga jam, akhirnya Arfid bisa menghembuskan nafas lega. Briefing kali ini dipimpin oleh calon suami Bella--- Lettu Danny Rizal Andreas---. Beruntung tidak seorang pun yang mengetahui bahwa ada tentara gadungan yang sedang mengikuti briefing mereka.

Arfid sedikit terkejut saat Danny memaparkan medan yang akan mereka hadang untuk menangkap kelompok separatis. Berdasarkan informasi dari orang yang diutus untuk memantau pergerakan kelompok separatis, kelompok separatis itu bersembunyi di pegunungan yang ada didekat PT. Freeport Indonesia.

Sinar bulan sudah masuk ke celah-celah jendela ruangan yang mereka jadikan sebagai tempat briefing. Sebelum menutup briefing itu, Danny memberi sedikit nasihat kepada puluhan tentara yang ada dihadapannya kini. “Tugas kita kali ini memang berbahaya. Jadi, besok, tolong jaga diri kalian masing-masing. Jangan lengah. Jangan terluka! Ingat, orang tua, istri atau pacar kalian menunggu kalian pulang.”

“Siap Laksanakan!” balas puluhan tentara yang diisi oleh kebanyakan anak muda itu dengan serempak.

Tepat mendengar itu, Danny, Wildan dan Arfid keluar dari ruangan. Saat melangkah keluar, Arfid dan Danny sedikit terkejut saat melihat Bella yang sedang menunggu mereka di depan pintu.

“Kamu ngapain malem-malem kesini, Bel? Berbahaya!” tegas Danny.

“Aku ada urusan dengan adik asuhmu, Dan.” Bella menunjuk Arfid yang terlihat kebingungan. Arfid sama sekali tidak mengerti maksud Bella yang menyebutnya sebagai adik asuh. “Bisa aku pinjem bentar?”

“Bel, gak bisa. Nanti aja. Aku sama Bang Danny mau cek perlengkapan senjata sekarang,” tolak Arfid.

“Tunggu... Tunggu...” Wildan mengangkat kedua tangan keatas sambil melihat nama Bella yang terjahit diseragamnya. “Ini calon lo, Dan? Namanya Vionnata Gabriela Mayang, tapi kok dipanggil Bella?”

Bella menepuk dahinya sendiri dengan keras saat melihat pertanyaan konyol yang ditanyakan oleh Wildan. “Oh, jadi ini yang namanya Wildan?”

Wildan mengangguk mantap, sementara Danny menatap Wildan dengan tatapan elang. “Dia emang dipanggil Bella sejak SMA. Sejak kapan lo jadi kepo hal beginian?”

“Bisa gak, Dan? Bentar aja, sepuluh menit!” pinta Bella.

“Yaudah deh, bentar doang ya,” balas Danny kemudian menepuk bahu Arfid dengan pelan. “Nanti lo langsung nyusul aja ya ke gudang senjata.”

Arfid mengangguk pelan, menyetujui ucapan Danny. “Siap Laksanakan!”

Danny dan Wildan tertawa kecil saat melihat sikap kaku Arfid seperti itu. Sementara, Bella mengatup bibirnya yang hampir tertawa dengan menggunakan tangan kanannya. Wildan dan Danny berjalan cepat ke arah gudang penyimpanan senjata yang tak terletak jauh dari posisi mereka kini.

Bella langsung menarik lengan Arfid kemudian berlari ke salah satu ruangan yang tak terpakasi yang ada disamping barak tentara. Bella menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada tentara yang melihat mereka sekarang.

“Kenapa?” tanya Arfid kemudian melepaskan tangan Bella dari lengannya.

“Kapan dimulai operasi penangkapannya?”

Arfid menepuk dahinya sendiri saat mendengar pertanyaan Bella yang sebenarnya bisa ditanyakan kepada Danny. “Kenapa tanya ini? Kamu bisa tanya sendiri ke Danny.”

“Jawab aja kenapa sih, astaga,” keluh Bella.

“Dua hari lagi, kenapa?”

“Oke.” Bella mengangguk mantap. “Jaga diri ya, pacar kamu nungguin pulang.”

Senyum Arfid yang terbit kemudian mendadak turun saat Bella mengatakan itu. Arfid yang hampir seharian bisa menyingkirkan Nadila dari pikirannya, kini Nadila kembali menguasai isi pikirannya lagi. Arfid menatap bulan yang kini menyinari mereka dengan sinarnya yang tak terlalu terang.

Saat melihat bulan itu, satu persatu kenangan muncul di otaknya. Kenangan saat dimana Arfid dan Nadila duduk di atap gedung tua. Arfid menghembuskan nafasnya pelan, kali ini rasa rindunya kepada Nadila menyesakkan dadanya.

“Kamu pasti penasaran kan, kenapa setelah ini aku mau nikah dengan Danny?”

Lihat selengkapnya