A Missing Part

Rara Rahmadani
Chapter #32

Bagian Tiga Puluh Satu

“Have you ever seen the sun after the heartbreak?

Frozen somewhere in time.

Have you ever seen the stars after the word goodbye?”

After The Heartbreak- Brielle Von Hugel.

****

Pagi ini cuaca begitu terang, sama sekali tidak ada pertanda akan terjadinya hujan. Berberapa ayam jantan yang ada di perkarangan rumah Feri malah berkokok kencang, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

Feri sedang duduk di teras rumahnya dan terlihat seperti menunggu seseorang. Berberapa kali ia menguap, pertanda mengantuk. Sebenarnya hari ini ada mata kuliah pagi dan Feri berusaha menahan dirinya untuk tidak membolos.

Sambil berusaha menyingkirkan kantuk yang melanda matanya, Feri memilih untuk memainkan ponselnya. Feri menghentikan jarinya yang sedang menggulir layar ponselnya saat melihat sebuah notifikasi dari portal berita.

TIGA PRAJURIT TNI ANGKATAN DARAT GUGUR DITEMBAK KELOMPOK SEPARATIS DI PAPUA

Anggota Koppasus asal Jakarta, Lettu Danny Rizal Andreas, gugur dalam baku tembak dengan kelompok separatis Papua di Kabupaten Timika, Kamis (12/3/2020). Sementara itu, Letda Agung Levi Pratama dan Serda Bagus Rexy Raibawa yang berasal dari Pekanbaru juga ikut gugur dalam baku tembak.

Jasad korban Lettu Danny, Letda Agung dan Serda Bagus sudah diterbangkan dari Timika menuju kampung halaman masing-masing pada pukul 01.00 WIT. Diperkirakan jasad Lettu Danny, Letda Agung dan Serda Bagus akan tiba pada pukul 08.00 WIB.

Dada Feri langsung tercekat saat melihat nama Arfid dan Bagus muncul pada portal berita itu. Feri mendengar suara motor Alfin memasuki perkarangan rumahnya. Feri langsung bangkit kemudian menghampiri Alfin tergesa-gesa.

“Kenapa? Kok kaya panik kau?” tanya Alfin.

“Nadila, Dea mana?” Feri malah balik bertanya.

“Gak tau, kenapa?”

“Kau ingat kan nama asli Arfid? Agung Levi Pratama kan?”

“Iya, kenapa sih?” decak Alfin.

Feri menyerahkan ponselnya kepada Alfin. Alfin sedikit kebingungan saat Feri menyerahkan ponsel kepadanya. “Ada apa?”

“Baca aja!” perintah Feri.

Alfin mengangguk kemudian membaca portal berita yang ada di ponsel Feri. Alfin memelototkan matanya saat melihat nama asli Arfid dan nama pacar Dea disebut oleh portal berita itu. “Apa, kok bisa?!”

“Bukan waktunya buat nanya itu,” balas Feri panik. Kini ia memikirkan kondisi Nadila dan Dea. Apa mereka sudah mengetahui pacarnya gugur dalam tugas?

“Cepet naik!” perintah Alfin. Ia menjadi kalut. “Kita ke rumah Arfid aja dulu, siapa tahu Nadila ada disana. Kabarin juga Vandy dan Ahmad buat ke rumah pacar Dea.”

****

Nadila mengambil tas yang terletak di kasur. Hari ini, Nadila memutuskan untuk kembali masuk kuliah, karena sudah tiga hari ia bolos. Perlahan-lahan semangat Nadila kembali terisi penuh. Nadila paham bahwa tak seharusnya ia berlarut-larut dalam kesedihan, setidaknya Arfid sudah berjanji untuk tetap baik-baik saja.

 Nadila menatap boneka beruang pemberian Arfid yang sedang tersandar pada tembok. Nadila menunjuk boneka itu sambil berkata, “Heh! Bilangin dengan tuanmu ya, aku udah gak sedih lagi. Suruh dia menepati janjinya.”

Setelah mengucapkan itu, Nadila tersenyum kecil lalu berjalan keluar dari kamar. Saat Nadila membuka pintu rumah, ia terkejut luar biasa saat melihat Mbak Metri dan Ilham yang berdiri didepan pintu.

Lihat selengkapnya