Terdengar lantunan nada yang bergema di atas permukaan air. Nada sendu pada Eb major. Yang diikuti bass berjalan lemah sedikit putus-putus. Itu lagu Chopin. Nocturne Op.9 No.2.
Dilihat dari cara bermainnya, rapi dan teratur seolah dia dan metronom sudah menyatu, aku rasanya pernah mengenali siapa pianis ini.
Mataku terbuka lebar. Sebuah langit gelap berbintang ribuan jumlahnya itu menyambut pandanganku yang baru saja terpusat. Lalu, di bawah langit itu, seorang gadis kecil mengenakan gaun putih panjang tanpa lengan tengah bermain piano di atas permukaan air. Pantulan cahaya rembulan bergetar bergetar bersama siluet mereka di permukaan air.
Benar, ini mimpi itu lagi.
Kali ini tempatnya berubah. Tak lagi sebuah lapang luas di bawah langit biru. Si Pianis bermain piano di atas permukaan air pada langit yang berbintang. Dan, gadis itu mengenakan gaun alih-alih blazer warna hitam.
Aku mendorong tubuhku bangkit menggunakan sebelah tangan. Sebuah bunyi gema permukaan air bergaung ketika aku terbangkit berdiri.
Permainan si pianis terhenti. Langkahku ikut terhenti. Nada-nada tidak karuan berhamburan di atmosfer. Meledak-ledakkan amarah layaknya bom. Akor-akor yang dimainkannya menjadi sumbang.
Si Pianis menegakkan punggungnya yang elok.