A Month With Margo

Heru Dikara Pramono
Chapter #3

Pertemuan Sebenarnya

Menjelang pukul tujuh malam, Aeysa dan ibunya sudah bersiap-siap untuk pergi mendatangi undangan makan malam keluarga tetangga depan rumah. Aeysa tampak cantik dengan balutan baju warna biru muda dengan rok sepanjang lutut. Rambut bergelombangnya dikuncir kuda, menyisakan sedikit anak rambut yang menjuntai melewati dua daun telinganya. Sementara ibunya hanya mengenakan kemeja biasa yang dipadukan dengan celana panjang kain berwarna coklat. Rupanya rambut bergelombang dan wajah cantik milik Aeysa diwarisi oleh sang ibu.

Ranti mengetuk pintu dengan pelan. Selang beberapa saat, seorang wanita berusia 35 tahun menyambut pasangan ibu dan anak itu dengan senyum ramah.

Walikum salam,” jawab Widya setelah Ranti mengucapkan kalimat salam lebih dulu. “Silakan masuk,” katanya mempersilakan.

“Ini Jeng ada sedikit kue bikinan sendiri. Mudah-mudahan suka,” ucap Ranti sambil memberikan dua toples berbentuk kotak.

“Wah, repot-repot sekali Mbak Ranti. Tapi, terima kasih, ya.” Widya menerima toples berisi dua ragam jenis kue itu, lalu diletakannya di atas meja. “Silakan duduk dulu,” katanya, mempersilakan lagi.

Ranti dan Aeysa duduk bersebelahan di atas sofa ruang tamu yang dindingnya didominasi warna coklat muda.

“Kamu cantik banget malam ini, Aeysa,” puji Widya.

Aeysa tersipu malu. Pipinya bersemu merah. “Tante bisa saja.”

“Katanya dia sudah nggak sabar mau kenalan sama cowok ganteng, Jeng,” celetuk Ranti sambil menyenggol pinggang Aeysa. Anak perempuannya itu melirik dengan mata memelotot dan hidung berkerut. Widya tertawa renyah. Wanita itu paham siapa yang dimaksud ‘cowok ganteng’ di sini.

“Nah itu masalahnya. Sudah jam segini, dia belum pulang juga. Padahal sudah aku wanti-wanti agar sampai di rumah sebelum jam tujuh,” tutur Widya sambil menengok sebentar ke arah pintu yang masih terbuka.

“Memangnya sedang pergi ke mana?” tanya Ranti.

“Dia lagi suka main sepeda. Biasanya kalau jam segini lagi muter-muter keliling komplek.”

“Main sepeda, Tante?” timpal Aeysa. Mendadak teringat seseorang.

Widya mengangguk. “Iya. Gara-gara habis nonton film yang tokoh utamanya diceritakan suka pakai sepeda ke mana-mana, dia jadi ikut-ikutan. Maklum lah remaja. Hobinya suka berubah-ubah, sesuai dengan apa yang baru saja dilihat. Iya nggak, Mbak?”

Ranti mengiyakan. “Kayak Aeysa dulu.”

“Nggak. Aku nggak pernah ganti-ganti hobi,” tukas Aeysa.

“Kamu nggak ingat setelah kamu menonton film yang judulnya Picth Perfect? Kamu kan sampai minta didaftarin sekolah vokal supaya bisa nyanyi accapella seperti di film itu. Tapi seminggu kemudian, tiba-tiba kamu lupa sama keinginan itu. Ingat nggak?”

Aeysa meringis, malu. “Soalnya filmnya bagus. Ibu juga suka, ‘kan?”

“Tapi nggak sampai niat buat belajar nyanyi accapella.”

Aeysa mengerucutkan bibirnya. Ranti dan Widya tertawa melihat tingkah Aeysa yang mendadak menjadi kekananakan seperti itu.

Terdengar suara pintu gerbang yang dibuka. Widya tersenyum. “Akhirnya dia pulang juga. Sebentar ya, Jeng,” katanya sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. “Taro aja sepedanya di situ dulu, Sayang. Kemari, Mama mau kenalin kamu sama cewek cantik,” teriak Widya di ambang pintu.

Aeysa tersenyum tersipu, membuat wajahnya semakin manis dan menggemaskan. Ranti menyentil ujung hidung putrinya sambil mengatakan, “Genit kamu.”

“Buruan dong, Sayang,” seru Widya.

Aeysa dan Ranti sama-sama terdiam, menunggu seperti apa tampang anak Widya.

Widya menggandeng tangan sang putra, kemudian bergegas mengajaknya masuk ke rumah. “Tuh, kenalan sama Aeysa. Yang bakal jadi teman satu sekolah kamu.”

Aeysa membelalakkan sepasang matanya lebar. Dia terkejut, mendapati anak Widya adalah orang yang sudah dia kenal sebelumnya. Orang yang semalam bertemu dengannya di jalanan komplek perumahan. Orang yang meminjamkannya music player dengan beragam lagu-lagu jaman dulu. Dan, nama orang itu masih melekat di dalam otaknya.

“Margo?” desisnya.

“Ae?” Margo juga sama terkejutnya mendapati Aeysa yang sedang berada di dalam rumahnya.

“Aeysa sudah kenal sama Margo?” tanya Widya.

Belum ada yang menjawab.

Lihat selengkapnya