Setiap pertemuan akan membawa sebuah bagian baru di dalam kehidupan. Di sana, kita bisa menemukan karakter baru yang tidak pernah sekalipun terlintas di dalam pikiran kita.
-From A to A-
Di tempat yang sama dengan perasaan yang sama seperti tahun lalu, Tsana melangkahkan kakinya dari satu kelas ke kelas yang lain kemudian membaca nama di setiap kertas yang tertempel di jendela kelas. Ia mencari dimana namanya akan berada kali ini.
"Tsana Rhea-- ini pasti kelasnya," gumam Tsana sambil menatap fokus kertas di depannya.
"Gue ke kelas dulu, Dev-- e-eh, Tsana?" Seorang lelaki dengan wajah polos itu terlihat terkejut mendapati keberadaan Tsana yang kini tepat di hadapannya. Tsana spontan menghentikan langkah kakinya. Kedua ujung bibirnya tiba-tiba naik sedikit karena melihat raut wajah lelaki itu. Ia mulai membuka pembicaraan.
"Kelas mana?" tanya Tsana kepada lelaki di hadapannya itu, Ananta.
"Sebelah, Tsan. Deket kok, nggak usah nyariin," celetuk teman Ananta, Devan.
"Nggak, gue nggak nyariin," balas Tsana sambil terkekeh pelan. Ia melanjutkan langkah kakinya tanpa menghiraukan ucapan menyebalkan Devan. Ia berjalan melewati Ananta kemudian duduk di salah satu bangku yang kosong.
Ananta yang merasa tidak nyaman dengan perkataan Devan barusan, mulai menunjukkan ekspresi kesalnya sesaat setelah Tsana pergi. Melihat ekspresi kesal dari Ananta, bukannya minta maaf, Devan malah semakin meledeknya. Tentu bukan Devan namanya jika tidak bersikap menyebalkan satu detik saja.
***
Tsana mengambil tempat duduk di hadapannya kemudian meletakkan tas ranselnya di atas meja. Dari tasnya, ia mengambil earphone lalu memasangnya di kedua telinganya. Dinyalakannya sebuah lagu dari handphone silver itu.
Tsana mendengarkan lagu itu sambil memejamkan mata. Ia begitu merasakan lagunya hingga tak sadar akan kedatangan seseorang ke bangkunya, seorang laki-laki yang lumayan tenar di sekolah mereka, SMA Argawijaya Bandung, Alfa Aditya. Lelaki itu tiba-tiba menarik earphone kiri Tsana.
"E-eh, apa-apaan," ucap Tsana dengan nada terkejut. Saat ia membuka mata, ia merasa lebih terkejut lagi karena ia mendapati lelaki itu ternyata tepat di depan matanya. Mata mereka saling menatap beberapa detik sampai Devan menggebrak meja guru.
Brakkkk!!!