A Part Of Earth

iam_light.blue
Chapter #3

Tiga Perdebatan

Ketika waktu kurang satu menit, tim Ananta berniat mencetak satu angka lagi agar mereka bisa memenangkan permainan ini, tetapi sayangnya saat Ananta akan melempar bola basket itu ke dalam ring, lemparannya meleset sehingga tim Ananta tidak bisa memenangkan permainannya. Tepat sesaat setelah lemparan Ananta meleset, waktu permainan habis.

“Kalo nggak bisa main, nggak usah sok-sok an. Pake ngerebut bola dari gue segala. Eh, ternyata nggak bisa shooting,” sindir Alfa dengan tatapan sinis, ujung bibir kanannya terlihat terangkat sedikit.

Perkataan Alfa itu spontan membuat seluruh murid di lapangan saling berbisik. Banyak yang mengatakan bahwa sikap dingin dan tak berperasaannya sering muncul tiba-tiba. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Alfa terlihat keren saat ia menunjukkan tatapan sinisnya. Namun, ada satu orang yang mengatakan bahwa Alfa memang sangat aneh setiap saat. Orang itu adalah Tsana.

“Tsan, itu anak kelas lo nggak sih?” tanya Azka setengah berbisik.

“Lo tau nggak sih, Tsan? Dia emang nggak suka ngomong, Tsan, tapi kalo udah kayak gini, omongannya nggak pernah bisa dikontrol. Kalo ngomong nggak pake perasaan banget. Ati-ati aja,” ucap Renata memperingatkan Tsana.

Tsana menghela napas perlahan, “Kayaknya gue doang yang nggak tau dia siapa.”

“Kan lo kudet,” celetuk Azka dan Renata bersamaan.

Suasana menjadi semakin panas saat Ananta akhirnya membalas perkataan. Kalimatnya memang ditujukan untuk menenangkan Alfa, tapi menurut pandangan Alfa, kalimat Ananta justru malah memperkeruh suasana.

“Ini cuman permainan. Lagian tim kita seri kok, nggak kalah. Santai aja.”

Semua orang di sekitar mereka tidak ada yang berani mendekat, termasuk Devan dan Dika yang merupakan teman dekat Ananta. Mereka semua tidak mau berurusan lebih lanjut dengan Alfa. Melihat hal itu, Tsana berniat melerai keduanya. Ia melangkahkan kakinya perlahan menuju tempat Alfa dan Ananta berdiri.

“Tsan, jangan, Tsan. Nggak usah ikut campur,” bisik Azka sambil memegangi tangan kiri Tsana. Namun, Tsana sama sekali tidak mengurungkan niatnya. Yang ada di pikirannya saat itu hanyalah jangan sampai terjadi apa-apa.

Lihat selengkapnya