Tepat setelah Tsana melangkahkan kakinya keluar dari minimarket, perempuan itu tiba-tiba menyapanya.
“Permisi,” sapa perempuan dengan tinggi sekitar 160 cm.
Tsana spontan menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah perempuan itu. Ia membalikkan badannya kemudian menatapnya dengan tatapan penuh keheranan. Perempuan itu tiba-tiba tersenyum ketika melihat Tsana berbalik badan.
Perempuan muda itu menghampiri Tsana.
“Kak Tsana, bukan?” tanya perempuan itu sambil mendongakkan wajahnya.
“Ah, siapa ya?” tanya Tsana balik. Ia sama sekali tidak mengenal perempuan itu, tapi ia merasa wajahnya sangat tidak asing di dalam ingatannya.
“Aku Disa, adiknya Kak Adit.”
Tsana mengerutkan dahinya. Ia merasa asing dengan nama itu. Apa mungkin Adit adalah teman lamanya?
“Alfa Aditya,” lanjut perempuan muda yang tak lain adalah adik dari Alfa.
“Ah, adiknya Alfa.” Tsana menganggukkan kepalanya perlahan. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di kepalanya. Ada pertanyaan yang perlu ia tanyakan untuk menghilangkan rasa penasarannya.
“Kok kamu tau aku?” tanya Tsana tiba-tiba.
“Ah, itu. Ada beberapa foto Kak Tsana di hape Kak Adit.”
Flashback on
Satu tahun yang lalu.
Alfa keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melingkar di lehernya. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk itu sambil berjalan menuju kamarnya.
“Eitsss!!! Gue pinjem hapenya,” ucap Disa sambil menghalangi Alfa masuk ke dalam kamarnya.
“Buat apaan?”
“Ngedit vidio dong.”