A Part Of Earth

iam_light.blue
Chapter #18

Insomnia

Tsana merebahkan tubuhnya ke atas kasur lalu mencoba untuk tidur nyenyak malam ini. Ia membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur sambil memejamkan kedua matanya. Namun, sekeras apapun ia berusaha menidurkan pikirannya, tetap saja tidak berhasil.

Tsana hanya bisa menguap setiap saat tanpa bisa menghilangkan kantuknya. Hingga tengah malam tiba pun, insomnianya masih tidak mau mengalah.

Keesokan harinya, Tsana begitu mengantuk di kelas. Pandangan matanya seringkali terjatuh saat ia sedang mendengarkan materi dari gurunya. Kepalanya menjadi berputar-putar selama pelajaran berlangsung hingga setiap istirahat yang ia lakukan hanyalah meletakkan kepalanya di atas meja.

Insomnia itu menyerang Tsana selama kurang lebih satu bulan. Setiap malamnya ia tidak bisa tidur dan setiap paginya ia akan mengantuk di kelas. Siklus itu berputar sedemikian rupa hingga akhirnya ia menjadi depresi melihat pola tidurnya yang terbalik.

“Ahhh, gue capek kalo gini caranya!!!” teriak Tsana sambil membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur.

“Kalo gue pake penutup mata buat tidur, gue bisa tidur nggak ya? Ah, tapi gue nggak punya. Oh iya, gue pake ini aja,” gumam Tsana sambil meraih bantal dan gulingnya.

Pada pagi harinya, hal yang sama masih terjadi kepada Tsana. Semalam ia benar-benar tidak bisa tidur. Bahkan rasa kantuknya hari ini lebih parah daripada hari-hari sebelumnya. Padahal semalam ia sudah menggunakan penutup mata.

Saat hendak masuk ke dalam kelas, Tsana berpapasan dengan Azka dan Renata.

“Tsan? Lo sakit?” tanya Azka dan Renata bersamaan.

“Ha? Enggak,” jawab Tsana sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Gue ke kelas dulu,” lanjut Tsana.

Tsana melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Belum saja kaki kanannya mendarat di lantai, ia berpapasan lagi dengan seseorang tepat di depan pintu kelas, Alfa Aditya.

Tsana mendongakkan kepalanya ke atas. Ia menatap lekat mata Alfa lalu menghela napas panjang.

“Lo tau nggak? Gue tadi malem nggak bisa tidur. Gue pengen penutup mata. Eh, nggak punya. Akhirnya gue nutup mata gue pake bantal dong. Bukannya bisa tidur malah nggak bisa napas. Sedih banget sih,” ucap Tsana dengan wajah bantalnya.

“Oh iya, lo tau nggak sih? Menurut gue, lo itu orang yang sikapnya paling aneh yang pernah gue temui,” lanjutnya.

Tsana menguap beberapa kali kemudian menatap Alfa dengan tatapan datar. Tsana berdecak kesal sebelum akhirnya pingsan di hadapan Alfa.

Alfa spontan menahan tubuh Tsana agar tidak sampai jatuh. Ia kemudian menggendong Tsana lalu membawanya ke rumah sakit di sebelah sekolahnya.

Lihat selengkapnya