A Piece of Memory

Jennifer Flo
Chapter #1

Prolog

"Risa — Lari!" Teriakan itu membuat gadis yang disebut sebagai Risa, spontan berlari tanpa menoleh ke belakang. Akan tetapi, semakin ia menjauh, tanpa ia sadari perlahan bayangan kegelapan mengejarnya dan perlahan menariknya, membuatnya memperlambat langkahnya. Ia mencoba untuk tetap berlari. Namun, tubuhnya kaku tidak mampu melanjutnya langkah berikutnya, diliputi kegelapan.

Risa berhenti mencoba dan memutuskan untuk menoleh ke belakang— hanya menemukan kegelapan. Seseorang yang berteriak menyuruhnya untuk lari menghilang sepenuhnya seakan ditelan bumi.

"—Dimana ini?" Gumamnya, bingung dengan situasi yang ia sedang hadapi. Kegelapan itu benar-benar membuatnya bingung sampai akhirnya kepanikan mulai menghampirinya saat ia merasakan sebuah kehadiran selain dirinya.

"Lari ke arah sana." Seorang anak perempuan berjubah putih yang hadir di sebelah kirinya secara tiba-tiba, menunjuk ke arah depan di tengah-tengah kegelapan itu. Sontak Risa terkejut dengan kehadirannya. Entah mengapa, Risa dapat melihat perempuan berjubah putih itu dengan jelas.

"Jangan kembali ke sana! Kau tidak boleh meninggalkannya sendiri!" Teriak anak perempuan kecil yang sama persis dengan satunya, seperti anak kembar, dengan menggunakan jubah yang berbeda warna yaitu, merah darah. Ia juga muncul secara tiba-tiba. Sejenak, Risa mencoba menerka apa yang sedang terjadi dan mengobservasi kedua anak kecil itu. Seakan tersadar siapa kedua anak gadis itu, matanya membelalak kaget.

Kedua anak kecil di sampingnya merupakan wujudnya saat dirinya masih kanak-kanak. Tetapi, pertanyaan menghampirinya. Mengapa mereka bisa berada ada di sini? Ini dimana? Kekalutan terlihat jelas di matanya. Ia berjalan mundur dan posisi mereka berdiri berubah. Sebelum ia dapat merespon ucapan kedua makhluk misterius yang sekarang berada dihadapannya, gadis dengan jubah putih itu menariknya ke arah yang ia tunjuk. Risa otomatis menoleh ke belakang, menyadari bahwa gadis dengan jubah merah hanya berdiri tanpa bergerak mencoba mencegahnya, menatapnya dengan tatapan sedih. Seakan sadar bahwa seharusnya ia kembali, Risa menarik tangan kanannya yang ditarik oleh gadis kecil berjubah putih itu. Ia menoleh kembali ke arah gadis berjubah merah. Namun, yang ia temukan hanyalah kekosongan. Gadis berjubah merah itu telah menghilang.

"Ini belum waktunya kau sadar." Gadis kecil yang menuntunnya, mengatakannya dengan tatapan kosong, membuat sekujur tubuh Risa bergidik.

Tiba-tiba cahaya terang menembus kegelapan yang ada dan gadis berjubah putih itu secara perlahan menghilang.

***

Cahaya terang yang menyilaukan menembus jendela kamarnya. Cahaya itu membuat seorang gadis yang tak lain adalah Risanne Lim, perlahan membuka kelopak matanya, terbangun dari mimpinya. AC dikamarnya tidak membantunya, sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat dingin.

Mimpi merupakah hal yang jarang ia alami hingga kejadian 3 minggu yang lalu terjadi. Setelah kejadian itu ia bermimpi tanpa henti. Mimpi buruk yang membuatnya sulit tidur dan gelisah, tidak dapat tidur lelap. Membuatnya bergantung pada obat tidur dan obat penenang.

Untunglah, mimpi yang diterima oleh Risa tampaknya jauh lebih baik dibandingkan mimpi buruk yang telah ia alami sebelum-sebelumnya. Dimana mimpi itu menunjukkan darah dan teriakan tidak jelas. Membuatnya hampir kehilangan akal sehat dan kesadarannya.

Risa perlahan beranjak dari tempat tidurnya sebelum akhirnya menghela nafas panjang. Ia merasakan gejolak penolakan di hatinya untuk masuk ke sekolah setelah diberikan 3 minggu untuk istirahat di rumah.

Kakinya terasa berat untuk melanjutkan langkah berikutnya, seakan telapak kakinya telah menjadi satu dengan tempat ia berpijak. Alasan ia memaksakan dirinya untuk pergi karena peringatan yang diberikan Ayah-nya, membuatnya berpikir dua kali untuk tetap mengunci dirinya di dalam kamarnya.

Kepalanya merasakan pusing yang tak kentara. Dengan gerakan pelan, Risa membuka sebuah botol, mengambil dua butir obat penenang. Ia meneguk obat itu dengan air yang tersedia di sebelah tempat tidurnya, menjadi kebiasaan barunya setelah 3 minggu yang lalu.

Risa yang menyadari bahwa matanya sembab akibat tangisan semalam, memutuskan menggunakan make-up untuk menutupi matanya yang bengkak setelah mandi. Setelah ia menyelesaikan make-up, ia turun untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

***

Mobil-mobil mewah memenuhi tempat parkir sekolah ternama, Ravenwood High School. Di tengah kesibukan para murid yang memastikan agar mereka tidak telat, salah satu mobil mewah terlihat lebih mencolok diandingkan mobil lainnya, yang tak lain merupakan milik Risa. Mobil itu dikemudikan oleh supirnya, Yudha. Bertentangan dengan pagi yang cerah dan senyum yang terpampang di wajah Yudha, Risa memaparkan ekspresi tertekan dan muram.

Lihat selengkapnya