Kisah ini terjadi jauh sebelum aku kehilangan ingatanku. Ini adalah cerita awal bagaimana aku bisa mengenal Liam.
Ayah mengajakku ke pesta pertemuan antar para pengusaha di kota ini yang biasa diadakan setiap tahunnya. Dalam pesta itu juga biasanya orangtua menjodohkan anak-anak mereka. Laki-laki dan perempuan yang belum memiliki pasangan diharuskan menggunakan topeng, lalu saling berdansa.
Sebelum ke tengah hall, ayah memanggilku. “Berdansalah dengannya.” Ayah bahkan belum mengenalkan aku pada laki-laki itu. Aku tidak mau, tapi takut untuk menolak. Laki-laki itu menundukkan kepalanya sambil menyodorkan tangannya padaku. Aku menerima uluran tangan itu dengan berat hati dan ikut berdansa.
“Aku Peter” ia mengenalkan dirinya saat kami tengah berdansa.
“Lily” jawabku singkat. Cukup untuk memberi isyarat padanya bahwa aku tidak tertarik.
Setiap musik berganti, kami dengan cepat menukar pasangan dengan siapa saja yang ada di sebelah kami, lalu melanjutkan dansa pada lagu berikutnya dengan pasangan baru. Saat aku berdansa dengan pasangan lainnya, laki-laki itu terus melirikku. Perasaannya seaakan tidak tenang. Ia harus menunggu musik berikutnya untuk bisa kembali mengambil kesempatan berdansa denganku.