A Piece of Puzzle

Yovi Eviani Chandra
Chapter #14

Sebuah Kebenaran (flashback)

Martha mengetuk pintu kamarku, tepat setelah aku selesai bersiap-siap. “Apa ada yang perlu saya bantu nona?” Martha menawarkan bantuan. Aku menggelengkan kepalaku, “Aku sudah selesai kok.” Jawabku.

Martha memberitahukan aku, bahwa Ayahku menyuruhku untuk segera turun, karena Chris sudah menunggu lama. Ya, chris. Kakak laki-laki Sarah. Sudah sekitar satu minggu ia pulang untuk liburan. Dan Ayahku terus ribut, menyuruhku untuk bertemu dengan Chris. Akhirnya Ayah dengan tiba-tiba mengundang Chris kemari, dan menyuruhku untuk segera bersiap-siap pergi makan malam bersama Chris.

Aku turun, dan pergi ke ruang keluarga. Aku bisa melihat Chris duduk bersama Ayah dan Ibuku disana. Sejenak aku berpikir, seandainya Liam yang ada disana, mengobrol bersama Ayah dan Ibuku, sambil menungguku bersiap-siap seperti ini.

“Kupikir Sarah akan ikut.” Kataku, sambil mendekati mereka.

Belum sempat Chris menjawab, Ayah sudah lebih dulu menjawab, “Lebih baik kalian pergi berdua saja, mumpung Chris sedang disini. Kalian pasti bisa bertambah akrab.” Jawab Ayah, sambil tertawa-tawa dan melihatku dan Chris bergantian.

Chris mematung melihatku yang berdandan. Aku masih lumayan kecil saat ia harus bersekolah di luar negeri, sehingga aku belum pintar dandan saat itu. Dan kurasa kini ia semakin terpesona melihatku yang sudah dewasa ini.

“Kalian bisa berangkat sekarang. Agar kalian bisa punya lebih banyak waktu untuk berdua.” kata Ayah, sambil bangkit berdiri, disusul oleh Ibu dan Chris.

“Aku pamit dulu, Om. Kupastikan Lilly sudah di rumah sebelum larut malam.” Pamit Chris.

Lalu kami berangkat, dengan mobil yang dikendarai oleh Chris, menuju restoran bintang lima yang telah dipesan oleh Chris sebelumnya. Ia memperlakukanku dengan lembut. Sejak dulu memang Chris adalah lelaki yang baik hati dan lembut. Tapi sayangnya itu tidak cukup untuk membuatku jatuh cinta. Bila seandainya Chris adalah laki-laki yang kucintai, bahkan sebelum aku bertemu dengan Liam, mungkin semuanya akan menjadi mudah. Aku akan memiliki kisah cinta yang mulus, tanpa halangan apapun. Aku tidak perlu menghabiskan air mata dan emosi sebanyak ini. Aku tidak pelu merasakan rasanya putus asa dan takut kehilangan.

“Apa makanannya tidak enak?” Tanya Chris, yang membuyarkanku dikala tengah melamun. Aku melihat meja di depanku, bahkan aku baru sadar makanan yang kupesan sudah datang.

“Akan kumakan sekarang.” Jawabku.

“Tidak perlu terburu-buru.” Kata Chris, lalu melihatku yang tidak terlihat nyaman akan pertemuan ini. “Kita sudah lama tidak bertemu, kamu pasti canggung.” Lanjutnya.

Aku kembali meletakkan pisau dan garpu yang baru saja kupegang, “Sebenarnya ada yang sedang kupikirkan.” Kataku.

Chris melihatku, ia tahu apa yang sedang kupikirkan. Tetapi tetap memilih untuk bertanya, “Apa itu?” tanya Chris.

“Perjodohan.” Jawabku dengan ragu.

Lihat selengkapnya