Masih ada waktu sekitar empat atau tiga jam lagi sebelum acara perkumpulan Ayah yang diadakan tiap tahunnya dimulai. Tapi rumahku sudah sangat heboh, karena Ayah tidak mau ada yang kurang sedikitpun saat di acara nanti. Keluarga kami harus tampil sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Apalagi bagi Ayahku, acara kali ini lebih istimewa dibandingkan pada acara di tahun-tahun sebelumnya. Apalagi kalau bukan karena Ayahku akan mengumumkan hubunganku dengan Chris malam nanti. Dan itu berarti, kami akan mengadakan acara pertunangan tidak lama lagi.
“Bukankah anakku akan lebih cocok dengan gaun yang ini?” Ibuku masuk ke kamarku yang pintunya terbuka lebar, bertanya pada fashion stylish langganan keluarga kami sambil menunjukkan gaun yang dibawanya dari lantai satu. Beliau berkeliaran dengan roll rambut yang menempel di rambutnya, serta wajah yang masih baru setengah di make up.
Jenny, fashion stylish kami yang tadinya mengarahkan konsep make up pada make up artist (mua) yang menanganiku, menghampiri Ibuku dan membandingi gaun yang dibawa Ibuku, dengan gaun yang sudah dipilih sebelumnya.
“Gaun dengan model mermaid ini akan lebih membuatnya lebih menonjol. Warna nude pink juga sangat masuk dengan kulit Lilly yang mulus bening. Lalu aksen pada dadanya sangat pas, sehingga tidak terlihat berlebihan dan menor ketika dipakai.” Kata Jenny, sambil menunjukkan gaun yang ia pilihkan sebelumnya pada Ibu. “Sedangkan gaun ini, warna hitamnya akan membuat Lilly terlihat lebih tua. Pernak-pernik pada gaun ini juga terlihat terlalu ramai, sehingga membuat Lilly seolah-olah berusaha terlalu keras untuk menjadi pusat perhatian.” Jelasnya lagi, sambil memegang gaun yang ditunjukkan Ibu.
Setelah sedikit berargumen, akhirnya Ibu setuju aku mengenakan gaun nude pink, yang merupakan pilihan pertama Jenny. Ibu turun, kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan make up nya, setelah memastikan mua yang menanganiku bekerja dengan baik.
Waktu menunjukkan pukul lima sore, satu jam lagi sebelum acara dimulai. Aku dan Ibu sudah siap, lengkap dengan rambut yang mengembang sempurna, dan perhiasan yang sudah melekat, memperindah gaun yang kami pakai. Sedangkan Ayahku tinggal menggunakan jas hitamnya. Beliau yang menyempatkan diri untuk mengurus pekerjaannya, keluar dari ruang kerjanya, dan mengenakan jas yang dibawakan oleh Ibu.
Perjalanan menempuh waktu empat puluh lima menit. Cukup lama, karea memang gedung tempat acara ini berlangsung sedikit jauh dari lokasi rumah kami. Keluarga Chris yang sudah tiba terlebih dahulu, menyambut kami yang baru turun dari mobil di lobby. Orang tua kami saling menyapa dan bersalaman dengan gembira. Chris tersenyum malu melihatku, sedangkan aku dan Sarah serempak memperlihatkan wajah datar kami.
Chris mengulurkan tangannya, berharap untuk menggandeng tanganku. Walaupun enggan, aku terpaksa meletakkan tanganku di atas tangan Chris. Aku terintimidasi dengan tatapan Ayah yang tetap terlihat tajam, walaupun bibirnya membentuk sebuah senyuman. Langkah Chris menuntunku masuk ke dalam ruangan, tempat acara diadakan, diikuti oleh Sarah, dan orang tua kami.