Satu Agustus 2019, masih ada satu bulan lagi hingga aku dan Chris resmi bertunangan. Semakin waktu berlalu, semakin dekat acara pertunangan kami, semakin gelisah hatiku. Berulangkali aku membaca kertas terakhir yang diberikan oleh Liam. Sendiri, di dalam kamarku. Tenggelam dalam perasaanku sendiri, dan masa laluku bersama Liam.
Kuremas kertas dari Liam, kulemparkan ke lantai. Dengan napas tersengal-sengal, dan kedua telapak tanganku yang menutupi wajah, aku berjalan mundur dan duduk di atas tempat tidurku, menangis tanpa suara. Aku tidak mau seorangpun di rumah mendengar tangisanku.
Kutenangkan diriku, mencoba bernapas dengan normal, dan mengambil kembali kertas yang telah kubuang itu. Kuluruskan kembali remasan kertas itu, walaupun tidak bisa serapi semula. Kubaca kembali tulisan-tulisan tersebut sebelum akhirnya kusimpan lagi, di bawah lemariku. Bersama surat-surat dari Liam lainnya.
Liam mengajakku untuk kabur, ia merencanakan untuk melarikan diri bersamaku satu minggu sebelum acara pertunanganku dengan Chris. Tinggal di kota kecil dimana tidak ada orang yang mengenali kami di sana. Ia tidak rela melepaskanku, jadi ini adalah cara terakhir yang ia pikirkan, agar kami bisa hidup bersama. Begitulah yang ia tulis di kertas itu.
Sambil memandangi hujan yang sudah turun dari siang tadi, aku terus memikirkan rencana dari Liam. Duduk di tempat duduk panjang yang menyatu dengan jendela, memeluk salah satu bantal yang terjejer di sana, aku bisa melihat dengan jelas beberapa kilat yang menyambar langit yang sudah mulai gelap.
Hujan di bulan agustus, hal yang jarang terjadi, seolah memahami hatiku yang kini sedang terluka.
Tidak mudah untuk memutuskan, apa yang harus kupilih. Bagaimana masa depan yang harus kujalani. Keinginan dan kenyataan yang ada dalam hidupku tidak pernah berjalan berdampingan. Aku sangat takut untuk memutuskan, tidak ada yang tahu bagaimana hasilnya di masa depan. Tidak semudah itu meninggalkan keluarga demi orang yang kucintai, tapi tidak mudah juga bagiku untuk kehilangan Liam.
Merenung seperti ini membuatku semakin mengingat Liam. Bagaimana ia bisa membuat hari-hariku menjadi lebih berarti dan menyenangkan, setiap tingkahnya sangat penting bagiku untuk kuingat.
Aku terdiam di sana, di tempatku. Saat malam semakin larut, aku tetap berada diposisi ini. Hingga aku tertidur dalam lelah. Tanpa peduli suara hujan yang semakin lama semakin reda, atau posisi tidurku dalam duduk, bersender pada kaca jendela.