Fox and Pixie

Davian Mel
Chapter #4

Save the Last Dance for Me (1)

Kamar asrama putri kelas enam malam itu memiliki aroma pekat akrilik yang berasal dari cat kuku bewarna membara. Dikirim sore itu oleh ibu Chava, yang sejak usia dini mengajarkan Chava pentingnya menjadi seorang wanita yang cantik. Wanita akan mudah mendapatkan banyak hal jika mereka atraktif, terutama kepercayaan diri. Kepercayaan diri adalah sebuah mahkota yang wajib dimiliki oleh seorang perempuan. Hal itu tertanam di dalam diri Chava sejak lama, dan ia memaknai pesan ibunya sebaik-baiknya.

Maka, hal sekecil apapun haruslah diberikan satu nilai agar mereka tetaplah cantik. Hal sekecil apapun. Termasuk jari-jari kaki mungilnya yang terpoles warna merah yang berkilat. Walaupun aromanya sedikit memusingkan, Chava tidak mempermasalahkannya. Ia tersenyum senang melihat kuku-kuku kakinya memiliki warna yang cantik.

Chava bersenandung, sepasang matanya menatap berkeliling pada kamarnya yang kosong. Ranjang di samping ranjang miliknya tidak terisi, Beth Eaton sahabatnya belum juga kembali dari patroli prefek malam itu. Lalu pada nakas di samping ranjangnya sendiri, dan matanya bekerjap saat ia sadar buku Revolutionary Road masih terletak di atas sana.

Padahal, tenggat waktu meminjamnya terakhir adalah hari ini.

“Oh shit,” makinya pelan sambal menurunkan kakinya dari kursi. Ia menyambar cardigan bewarna kelabu yang tersampir pada kursi, memakainya, dan tersadar bahwa ia sudah mengenakan gaun tidurnya. Sejenak ia berpikir, haruskah ia mengganti gaun tidurnya dengan pakaian yang lebih layak? Namun ia sudah tidak punya waktu, jam sembilan malam perpustakaan tutup. Ia sudah cukup kena masalah dan tidak ingin menambah deretan masalah dengan telat mengembalikan buku.

Chava segera keluar dari asrama menara utara, menuruni undakan tangga menuju perpustakaan yang terletak di lantai tiga. Lorong Tranquility Institute malam itu begitu sunyi, tanda bahwa setiap murid menaati peraturan dengan tetap di dalam asrama pada jam malam. Namun, sayup-sayup Chava mendengar suara lagu terdendang saat ia mendekati perpustakaan.

You can dance every dance with the guy

Who gives you the eye, let him hold you tight

You can smile every smile for the man

Who held your hand beneath the pale moon light

Lihat selengkapnya