Fox and Pixie

Davian Mel
Chapter #6

Save the Last Dance for Me (3)

Rencana Ezio tidak muluk. Ia ingin malamnya tenang dengan segelas wine dan beberapa puntung rokok, juga lagu favorit yang diputar di gramofon. Nyatanya, sekarang seorang gadis malah mengacak-acak koleksi piringan hitamnya, si gadis seolah lupa bahwa Ezio punya otoritas untuk mendetensi gadis itu dengan banyak alasan. Dengan gusar, Ezio berupaya untuk menghentikan Chavalah Liebgott yang rupanya tahu cara memperlakukan piringan hitam. Bukan sekadar mengacak-acak, sepertinya gadis itu tahu cara memperlakukan piringan hitam dengan baik

“Haaa, koleksimu menarik,” ucap Chavalah sambil melihat-lihat, “Hmmm, album berbahasa Italia, oh, Elvis Persley. Pfth, kau tampak tidak seperti seorang penggemar Elvis.

Ezio terhibur dengan komentar gadis itu. “Ya, bisakah kau berhenti mengacak-acak—

“Hey! Album apa ini?

Si gadis mengambil satu album dengan cover pria berjaket kulit hitam menenteng gitar. Tony Sheridan and The Beat Brothers, nama penyanyi di depan cover. Chavalah Liebgott segera saja mengganti The Drifters dengan piringan hitam yang diambilnya (dengan cara yang semestinya, gadis itu benar-benar tahu cara memperlakukan piringan hitam dengan apik). Musik baru pun terdendang, jelas dengan gitar rock n roll bertempo cepat

“Hey, lagunya enak juga. Tidak seperti lagu rock n roll yang sering kudengar kebanyakan.” Si Liebgott menghampiri pustakawan yang masih terdiam. “Serius kau tidak ingin berdansa denganku?” tanyanya dan tubuhnya mulai bergerak mengikuti irama, “Kalau begitu aku akan berdansa sendirian saja."

Ezio nyaris terbahak mendengarnya—berdansa sendirian­­—batinnya. Chavalah Liebgott melepas cardigan-nya, dan sesaat Ezio nyaris tersedak melihat pakaian tidur yang dipakai si gadis. Namun bukan itu yang membuat Ezio terpana, lagu My Bonnie yang mengiringi rupanya membuat gadis itu berdansa. Sendirian. Ia tidak menyangka malamnya yang terbiasa sepi akan dihibur oleh seorang gadis yang berdansa. Selama beberapa saat Ezio memandang si gadis, baik kaki dan tangannya bergerak sinkron mengikuti irama. Senyumnya terulas samar, dan sebuah ide gila muncul di kepalanya. Ezio melepas jasnya, menyisakannya dengan kemeja yang dilapisi rompi, lalu ia menyulut rokok dengan api sambil mendekati si gadis

“Kau—kau tidak seperti gadis-gadis yang biasa aku temui,” kekeh Ezio sambil menyelipkan rokok di sela-sela bibirnya.

Gadis itu berhenti sambil menatap Ezio. Napasnya naik turun setelah ia berdansa sendirian dan kilau cahaya perpustakaan menimpa wajahnya, ditambah dengan senyumnya yang tampak sumringah. “Jadi kau akan berdansa denganku?

Ezio menghembuskan asap rokok, “Well—"

Chava tertawa, hal pertama yang gadis itu lakukan adalah mengambil rokok yang dihisap Ezio dan mengisap untuk dirinya sendiri, kemudian ia menyimpannya di sisi meja dan menarik Ezio untuk berdansa dengannya. Lagu My Bonnie berganti menjadi Skinny Minnie.


My skinny Minnie is a crazy chick,

Six foot high and one foot thick,

Well, do I love her,

Does a boy love pie?

Well, she is the apple of my eye

 

Tempo lagunya cenderung lambat, dengan disanggah pegleg-nya Ezio dapat berdansa dengan tangan-tangan Chava mencoba menutunnya. Sesekali Ezio mengangkat tangannya agar Chava dapat berputar, seluruh kekikukannya meluruh bersamaan dengan dansa mereka. Satu lagu, batin Ezio, ia hanya akan berdansa satu lagu. Setelah ini ia akan menyuruh gadis ini kembali ke asramanya.

Sampai lagu selanjutnya berputar.

Whole Lotta Shakin’ Going On—dengan tempo yang jauh lebih cepat.

“Kau sudah dapat keinginanmu, Miss.”

“No!” Gadis itu tampak tidak puas, “Ayo berdansa sekali lagi! Ini lagu yang asyik. Lagipula aku yakin kau bisa lebih baik daripada dansa pertamamu. Ayo! 

Ezio tertawa, “Sekarang tidak hanya memintaku berdansa, kau ingin aku berjingkrak-jingkrak?”

Lihat selengkapnya