Bosan menunggunya langsung menjadi awas saat si tambun datang ke The Hound Pub untuk melakukan transaksi. Terlambat tiga puluh menit. Ezio mengelap peluh dengan sapu tangan yang ia langsung selipkan di saku celana, sedangkan si tambun menggeser tempat duduk untuk berhadapan dengan si pustakawan.
“Mana barangnya?” Tanpa minta maaf karena datang terlambat, si tambun segera menagih barang terlarang yang berada di saku jubah Ezio sekarang ini.
“Uangnya dulu, lalu aku harus menghitungnya sebelum memberikan barangnya padamu. Kurang satu keping di transaksi kita yang lalu, dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama tanpa menghitung uangnya.”
“Satu keping? Ha!” Si tambun dengan congkak merogoh saku celana dan melemparkan uang satu keping pada Ezio. “Itu yang kau butuhkan, sobat? Sekeping uang?”
Darahnya seketika mendidih melihat perlakuan congkak si tambun. Ia tidak suka semua ini. Jika ia memiliki kaki utuh, mungkin saja Ezio akan membuat huru-hara dengan menonjok muka menjijikkan si tambun yang menatap remeh pada Ezio.
“Barangnya, sekarang!”
Ezio mengeluarkan satu vial berisi ramuan dengan warna keemasan, label Jayne Mansfield tertera di sana. Si tambun kemudian mengeluarkan satu kantong uang yang segera Ezio hitung sebelum pelanggan congkak di hadapannya melakukan kecurangan.