Selama beberapa saat Ezio masih belum tahu apa yang harus ia lakukan, selain balas memeluk Chava. Begitu pula dengan Chava yang melepaskan dirinya dari pelukan mereka, menatap Ezio yang masih kebingungan. Tidak ada kata-kata yang terucap selain keduanya yang masih saling bertatapan satu sama lain, sampai akhirnya Chava membuka suara.
“Hai!” sapaannya hanya terdengar sebatas itu, karena Chava bahkan belum tahu apa yang mau ia ucapkan setelahnya, “Aku… aku merindukanmu, Ezio,” lanjutnya, dan hal ini membuat Ezio segera tersadar bahwa gadis itu benar-benar nyata.
“Mmm, hai…” balas Ezio. Tangannya, entah mengapa, otomatis membenarkan rambut Chava yang basah. Ujung jarinya menyentuh pipi Chava yang terasa dingin, sampai ia sadar bahwa ia tidak boleh melakukan itu. “Kau kebasahan,” akhirnya Ezio bisa bersuara, “sebaiknya aku… sebentar… aku…”
BANG! BANG!
Baik Chava dan Ezio terkesiap mendengar suara ledakan. Bukan suara petir, melainkan suara tembakkan pada pintu flat Ezio yang tertutup. Ezio mencoba tenang membuka pintu flat dan mendapati Mickey mengacungkan senjata padanya. Chava terpekik kaget pada apa yang dilihatnya.
“Mickey…” Ezio mencoba tetap bersikap tenang, “turunkan senjatamu.”
“Kau pikir aku tidak tahu, huh, kalau kau baru saja mendapatkan uang banyak karena telah membantu Tony? Berikan uang itu padaku.”
“Aku jelas akan memberikanmu sebagian, tetapi turunkan senjatamu, Mickey. See?” Ezio merogoh jubahnya yang basah, mengeluarkan uang, “Ini uangnya. Turunkan senjatamu, please,” dan Ezio membagi sebagian uang yang ia dapatkan dan memberikannya pada Mickey. Sepupunya langsung menerimanya dan menyimpan senjata di balik tubuhnya sendiri.
“Thanks, Eddie, aku tahu aku bisa mengandalkanmu,” tutur Mickey seolah tidak terjadi apa-apa, dan hal ini membuat Chava yang masih tampak ketakutan di belakang Ezio menatap apa yang ia lihat dengan tatapan tidak percaya. Mickey menyadari kehadiran Chava, “Oh maafkan kelancanganku, Eddie, aku tidak tahu kau punya pacar.”
“Kau sudah mendapatkan uangmu, enyahlah dari hadapanku,” ujar Ezio yang langsung menutup pintu.
Chava menatap Ezio dan pintu bergantian, mencerna apa yang terjadi.
“I—itu? Apa yang baru saja terjadi?”
Ezio menarik napas panjang. Apa yang terjadi tadi bukanlah sesuatu yang lumrah dilihat oleh orang biasa, walaupun permainan senjata seperti tadi adalah hal yang biasa-biasa saja bagi Ezio. “Mickey sepupuku. Aku berutang padanya.”
“Di—dia mengacungkan senjata padamu tadi. Kukira dia akan menembakmu.”