Fox and Pixie

Davian Mel
Chapter #31

Tranquility Institute

The Hound Pub masih sepi pagi itu. Hanya ada Bob—sang pemilik pub—yang membersihkan meja, dan juga menyajikan segelas kopi pesanan Ezio. Tempat ini sudah dikenal untuk dikunjungi baik oleh para peri dan manusia, walaupun setahun terakhir para peri mulai semakin sedikit berkunjung. Atau melebur sehingga identitas mereka tidak bisa dibedakan dengan manusia. Beberapa peri yang masih tinggal, berdasarkan pengetahuan Ezio, memiliki pendapat berbeda tentang isolasi mereka dari kaum manusia. Ezio pernah mendengar mereka menamakan diri mereka Deviant. Kebanyakan dari mereka menjual kekuatan magis mereka secara ilegal. Seperti membuat Ramuan yang dapat mengubah wujud, seperti yang selalu Ezio lakukan setahun terakhir.

Suara pintu terbuka. Sesosok bertubuh semampai dengan setelan seperti kebanyakan pria-pria Inggris pada zamannya masuk ke dalam pub. Sylvan—nama sang peri dengan rambut pirang keemasan dan sepasang mata bewarna biru elektrik seperti yang dimiliki para peri. Sang peri menangkap sosok Ezio, dan segera menyapa sang pustakawan.

“Oh Russo! Jarang aku mendapati dirimu sudah berada di sini pagi hari.”

Tanpa dipersilakan, Sylvan duduk di kursi yang berhadapan dengan Ezio.

“Kebetulan sekali, aku menunggumu.” Ezio sudah tahu jadwal Sylvan, dan itu alasan mengapa ia sudah datang pagi-pagi ke pub yang biasanya lebih sepi.

“Hmm, kau tahu apa yang kubutuhkan, kan? Aku hanya butuh helaian rambut para aktris papan atas itu dan juga uang muka berupa sekantung emas.” Sylvan tersenyum lebar, karena ia sudah terbiasa melakukan transaksi ini pada Ezio.

“Bukan itu tujuanku bertemu denganmu. Dan aku—aku memutuskan untuk tidak melakukannya lagi.”

“Haha, sayang sekali. Kudengar bisnis prostitusi semakin menjamur di Britania Raya. Aku bahkan pernah mendengar ramuan karyaku terjual di Amerika. Benarkah begitu?”

Ezio tidak tahu soal itu. Karena bisnisnya hanya sebatas Sylvan dan si tambun. Selebihnya ia tutup mata.

“Jika bukan itu alasanmu bertemu denganku, maka apa yang kau butuhkan?” Sylvan bertanya.

Adam Liebgott, Ezio mengingat nama sang peri yang merupakan ayah Chava. Itu maksud tujuan Ezio bertemu dengan Sylvan. “Aku—aku ingin kau mencari sesosok peri. Namanya—“

“Apa? Tidak. Tidak. Kau bisa membeli semua ramuan bahkan barang-barang magis dariku. Hanya itu. Aku tidak bisa membongkar identitas peri.”

“Mengapa?”

“Mengapa?” Sylvan menatap Ezio tidak percaya, “Karena mereka sudah bersumpah untuk tidak berhubungan dengan para manusia lagi. Kecuali kami.”

“Kami? Berapa jumlah kalian? Maksudku… kalian yang masih berhubungan dengan manusia.”

“Itu bukan urusanmu,” Sylvan melirik pada kaki kiri Ezio yang disanggah pegleg, “Kalau yang kau cari adalah peri yang membuat sebelah kakimu buntung, itu semakin mustahil. Mereka yang terlibat dalam perperangan sudah bersumpah tidak akan berkomunikasi dengan manusia. Kau tahu bagaimana kekacauan yang kalian lakukan di perang dunia terakhir membuat terluka para peri. Mereka benar-benar sakit hati bagaimana kalian bisa saling menumpahdarahkan satu sama lain. Tujuh puluh lima juta jiwa meninggal, empat puluh juta adalah rakyar biasa. Enam juta jiwa Yahudi, huh? Kau ingat itu? Kalian benar-benar melakukan kejahatan yang tidak akan bisa dimaafkan oleh para peri.”

Ezio pernah mendengar soal itu, “Bukan. Aku tidak mencarinya.” Ezio tahu bahwa pembicaraan ini sangat minim membuahkan hasil, tetapi ia mencoba. “Peri yang kumaksud, telah melakukan kontak dengan manusia sekitar tujuh tahun yang lalu. Dia mendaftarkan putrinya ke Tranquility Institute. Tujuh tahun yang lalu.”

Lihat selengkapnya