2 Februari 1962
Hari Jumat akan terasa lebih panjang dan membosankan bagi Ezio, mengingat tidak adanya kehadiran Chava yang akan mewarnai malamnya seperti biasa. Chava pernah berkata, ia akan menjadikan hari-hari tanpa pertemuan sebagai ruang rindu untuk mereka. Chava khawatir Ezio akan bosan melihat sosoknya setiap hari.
Kenyataannya tidak demikian. Ketidakhadiran Chava membuat Ezio merasa resah. Sepasang matanya sering kali mencari di sekitar perpustakaan, berharap Chava akan memberi kejutan dan tidak menepati janji untuk tidak menemuinya di hari Jumat. Nyatanya, gadis itu benar-benar tidak ada. Walaupun ia yakin ada semilir wangi tubuh gadis itu di antara rak-rak buku, yang membuatnya pandangannya yang terasa kosong saat ia membayangkan ciuman Chava yang semakin hari terasa semakin adiktif. Sehingga hari ini, saat Ezio tengah membereskan beberapa bukunya, ia merasa mendengar nama Chava di mana-mana.
Bukan imajinasi, di balik rak tempatnya membereskan buku, Beth Eaton dan Penelope Price sebagai teman sekamar Chava memang tengah membicarakan gadis itu. Ezio dapat melihat beberapa kartu tertumpuk di dekat Beth Eaton, si Ketua Murid, sambil menuliskan beberapa nama di atas kartu.
“Khan?” Penelope Price bertanya, “Coba undang Jamal Khan dari Asrama Bawah Tanah dan kembarannya Shalimar Khan. Shalimar berulang kali bertanya padaku apakah Chava memiliki kekasih semenjak ia putus dari Kingston.”
“Hmm? Apa urusannya?” tanya Beth, walaupun ia tahu apa alasannya. Jamal Khan, pria paling tampan di kelas tujuh. Anak dari saudagar Pakistan, dan banyak yang bilang ia masih seorang peri. Beth sering mendapati pria itu mencuri pandang pada Chava setiap kali gadis itu aktif di kelas. Sering kali Beth cemburu mengingat ia sempat menyukai Jamal, tetapi ia tidak bisa bohong bahwa pesona Chava memang terbilang lain daripada yang lain, sehingga ia hanya menyimpan rasa cemburu dan irinya pada sahabatnya itu.
“Sepertinya Jamal menyukai Chava.”
Beth mendengus sebal, ternyata benar. “Ya sudah, masukan nama Jamal dan Shalimar sekalian.”
“Oh Beth, kau tahu Chava akan mendahulukan perasaanmu ketimbang Jamal,” Penelope tertawa pelan melihat Beth yang menampakkan wajah cemburu. “Aku yakin saat Jamal mencoba merayu Chava, namamu lah yang akan disodorkan. Lagi pula, kurasa Chava sudah memiliki pengganti Kingston.”
Ezio semakin menajamkan telinganya mendengar berita itu.
“Ya kan?!” Beth nyaris memekik mendengar Penelope, “Aku yakin dia sudah punya pacar baru. Setiap kali aku mencoba mengintrogasinya, dia selalu berkilah. Padahal Chava sangat tidak pandai berbohong! Terlihat sekali ia menyembunyikan sesuatu padaku.”