Musim Semi, 1962
Semua kembali seperti semula. Aktivitas berjalan sebagaimana mestinya. Para siswa kelas tujuh semakin fokus belajar untuk lulus. Seluruh sudut sekolah diisi oleh frustrasi para siswa yang belajar tiada henti, termasuk Chava yang terus menerus memfokuskan dirinya pada seluruh tumpukan buku yang harus dilahapnya habis jika ia ingin lulus dari sekolah ini. Pikirannya agak kacau belakangan. Semenjak ia memutuskan hubungannya dengan Ezio, sering kali ia tidur dalam keadaan menangis. Beth sampai harus tidur di sampingnya dan menenangkannya.
“Kau tahu Jamal Khan berulang kali menanyakan soal dirimu, kan?” Beth berbisik setelah Chava berhenti menangis, “Kurasa dia benar-benar serius ingin mengajakmu berkencan.”
Chava tidak serta merta menjawab. Sudah sebulan lebih semenjak ia tidak bertemu dengan Ezio, mungkin sudah saatnya ia menenangkan perasaannya dengan berkencan dengan pria lain.
“Tapi bukankah kau menyukainya?” tanya Chava, karena ia ingat bahwa Beth sempat menyimpan rasa pada Jamal.
“Kalau pun iya, sia-sia saja. Jamal Khan benar-benar ingin berkencan denganmu dari awal.”
“Oh Beth,” Chava membalikan badannya, menatap Beth yang sedikit cemberut. “Aku tidak akan berkencan dengan pria yang kau sukai. Itu tidak ada dalam kamusku.”
Beth hanya tersenyum pelan, “Gary kirim surat, minggu depan akan ke Desa Moonbright menemuiku.”
“Oh ya ampun! Aku tidak tahu kalian masih saling berhubungan.”
“Semenjak dia lulus, kami memang memutuskan hubungan kita. Tapi beberapa waktu, kami kembali berkirim surat. Jadi kau tidak perlu khawatir tentang Jamal. Aku jauh lebih ingin melihatmu bahagia.”
“Aku—“ Chava gelagapan, “aku bahagia. Tenang saja, aku, aku hanya frustrasi karena PR-ku benar-benar banyak. Aku stress menghadapi ujian kelulusan, maka dari itu aku menangis. Profesor Wordsworth berulang kali menegurku karena aku harus semakin fokus menghadapi ujian.”
“Kau tidak bisa berbohong padaku, Liebgott, dan aku semakin lama semakin sebal karena kau menyimpan rahasia padaku.”