Fox and Pixie

Davian Mel
Chapter #43

Marriage Proposal

Pesta Akhir Tahun

Chava menyendok Pineapple Upside-Down Cake sebagai hidangan penutup Pesta Akhir Tahun dengan tidak bersemangat. Berulang kali ia melihat pada jajaran meja staff, berulang kali pula sosok yang ingin sekali ia lihat tidak muncul. Sebelum-sebelumnya, Ezio Russo selalu datang ke setiap pesta, baik Pesta Awal Tahun dan Pesta Akhir Tahun. Absennya sosok Ezio membuatnya kecewa, walaupun sejujurnya ia sendiri berulang kali mengingatkan diri untuk tidak mengharapkan kehadiran Ezio lagi.

Untuk yang terakhir kali saja, Chava membatin, tetapi tetap saja tidak ada yang mengabulkan permintaannya. Ezio Russo tidak muncul sampai hidangan penutupnya habis.

Chava memutuskan untuk meninggalkan Aula Utama, mengambil koper yang masih belum ia turunkan dari Menara Utara. Jamal berulang kali mengingatkannya untuk menempati satu kompartemen khusus untuk mereka. Chava hanya mengiyakan, memorinya kembali pada tahun lalu saat ia tertinggal kereta di Stasiun Desa Moonbright karena menghabiskan waktu dengan Ezio. Maka Chava memutuskan untuk tidak mengambil kopernya terlebih dahulu, gadis itu berbelok menuju perpustakaan. Hanya untuk kembali merasa dikecewakan, karena perpustakaan sudah terkunci. Ezio tidak sedang dalam urusan untuk tinggal lebih lama menyambut Liburan Musim Panas.

Ia menggelengkan kepalanya, apa yang terjadi di antara mereka sudah benar-benar berakhir. Lagi pula, Jamal Khan sudah resmi menjadi kekasihnya. 

Chava menilai Jamal merupakan pria yang manis dan kelewat naif juga konservatif. Ia masih ingat saat Beth dan Gary menghadiahkan satu kamar khusus untuk mereka menginap. Mereka tidak melakukan apa-apa, karena Jamal berjanji akan menghabiskan malam pertama mereka setelah mereka mengikat janji pernikahan. Jamal berkata, ia menjadikan Chava sebagai wanita pertama yang akan tidur dengannya, dan Chava menghancurkan harapan Jamal dengan berkata jujur bahwa ia pernah tidur bersama Euan Kingston saat mereka menjadi sepasang kekasih. Itu lah awal pertengkaran pertama mereka. Chava sempat mengira Jamal akan memutuskan hubungan mereka, tetapi rupanya si pria Pakistan tersebut minta maaf dan menghadiahkan Chava banyak hal agar Chava tidak kembali marah.

Ia tidak tahu apa yang dirasakannya pada Jamal. Lelaki itu tampan bukan main, memiliki senyum yang menawan. Ciumannya pelan-pelan mulai membaik, tetapi tidak seperti harapannya jika mereka berciuman. Barangkali satu hal yang mengganggu gadis itu, Jamal benar-benar punya skenario apik tentang masa depan mereka. Tentang bagaimana Chava akan menjadi nyonya rumah dengan banyak pelayan yang melayaninya, menjadi seorang ibu untuk anak-anak mereka, dan hal-hal lain yang sejujurnya tidak pernah membuatnya nyaman. Chavalah Khan—berulang kali Jamal menyebut nama itu, dan berulang kali Chava akan mengernyit karena ia tidak menyukai nama itu.

Namun setidaknya, ia tidak sendirian saat kereta api menuju London berangkat.

***

Baik Jamal dan Chava melihat pemandangan di luar jendela kompartemen, pada menara Tranquility Institute yang semakin lama semakin mengecil dan menghilang dari padangan mereka. Senyum Chava pelan-pelan menghilang, ia akan teramat sangat merindukan Tranquility Institute dengan segala misterinya.

“Jadi…” Jamal membuka percakapan, “kita sudah resmi bukan murid lagi.”

Chava hanya tersenyum lemah, “Mhmm.”

Lihat selengkapnya