Fox and Pixie

Davian Mel
Chapter #2

Book, Cigarette, and Scotch

Ada satu lubang khusus di bawah pohon oak yang selama bertahun-tahun menjadi tempat penyimpanan botol minuman untuk murid-murid yang melanggar. Chavalah Liebgott menyimpan satu botol scotch-nya beserta dua pak Lucky Strike. Lubangnya ditutupi oleh topi miliknya sendiri, kalau-kalau ada staf pengajar atau prefek yang berpatroli. Walaupun ini akhir pekan, semestinya mereka memiliki kegiatan lain ketimbang mengintili seorang murid yang hendak bersenang-senang di akhir pekan.

Chavalah Liebgott, yang lebih senang dipanggil Chava, menyandarkan tubuhnya pada batang pohon oak dengan buku Revolutionary Road di tangan. Si pustakawan—Ezio Russo—rupanya benar, buku yang ia baca bukan buku dengan tema romantis, percekcokan suami istri Amerika menjadi tema dari buku tersebut. Rupanya Chava menikmati kisahnya, sesekali ia menggarisbawahi kosakata Amerika yang baru dan tidak diperkenalkan di Inggris. Sisanya, gadis itu terlarut dalam cerita ditemani puntung rokoknya dan juga gelas berisi scotch yang diminumnya siang itu.

Tak lama ia mendengar langkah-langkah. Chava segera saja menyembunyikan semua barang bukti pelanggaran pada lubang, dan ia diliputi kelegaan saat melihat Euan Kingston, murid kelas enam berkacamata dengan tampang seperti Buddy Holly yang berasal dari asrama bawah tanah sekaligus kekasihnya sendiri. Senyum Chava terulas lebar, ia menyimpan bukunya dan berdiri untuk memeluk Euan, memberi lelaki itu ciuman di bibirnya sebagai sapaan.

“Akhirnya… aku menunggumu sedari tadi!” Chava berujar sambil menarik Euan duduk berdampingan dengannya di bawah pohon oak.

“Maaf, aku masih berkutat pada essay Sejarah-ku. Bagaimana denganmu? Apakah—“

“Ssshh—“ Chava menyuruh Euan diam. Baginya itu sebagai gestur Tolong jangan tanya! mengingat Chava belum berniat untuk mengerjakan essay Sejarah-nya. “Aku merindukanmu, tahu, bisakah kita tidak bicara soal pelajaran?”

Euan terkekeh, ia ikut duduk di samping Chava. Di balik kacamatanya ia mengamati Chava. Gadis itu seperti biasa mengenakan gaun dengan mode terbaru, summer dress-nya bewarna putih melekat manis pada tubuhnya. Punggungnya terbuka lebar, membuat Euan membuka jaketnya dan menyampirkan pada tubuh kekasihnya agar gadis itu tidak kedinginan. Euan merasa beruntung berpacaran dengan Chava, gadis itu termasuk salah satu gadis dari asrama menara utara yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya gadis-gadis tercantik di Tranquillity Institute.

“Terimakasih,” ucap Chava sambil mengeluarkan kembali botol scotch dari lubang.

Hey, no!” Euan merebut botol scotch dan kembali meletakkannya ke dalam lubag, “kita masih di area sekolah, kita tidak boleh minum-minum.”

Chava menghela napas kesal, “Oh tuan prefek, ayolah!” bujuknya pada Euan yang menggeleng-geleng sambil terkekeh pelan. “Ini akhir pekan, kita sebaiknya bersenang-senang…”

Lihat selengkapnya