“Hey, what’s up? You’re the vocalist from The Aijkwa, right? I’ve seen you perform last night. You’ve got an amazing voice. Kamu vokalis Aijkwa, kan? Aku lihat perform kamu tadi malam. Suaramu bagus!”
Aku tersenyum dan menyambut uluran tangannya. “Aw, thanks! Yeah, that’s me. And you are....”
“I’m Urs, the General Manager,” ucapnya sambil tersenyum. “You’ve got some serious stage presence. You always look like you’re having the time of your life up there. Penampilan panggungmu bagus, kelihatannya kamu sendiri menikmatinya,”
Aku yakin dia seorang General Manager yang ramah. Apalagi karena dia memuji penampilan kami meski aku merasa ada yang kurang.
“I want to invite you on a small adventure. As you know, many spot outside the city was beautiful forest area, super quiet, and the view is unreal. The thing is, it’s kinda remote, so the best way to get there is by plane… a small one, like a six-seater. And we have one seat free. Do you like to join us?
Ya, aku tahu kalau di sekitar tempat ini adalah hutan, karena aku juga melihatnya dari pesawat waktu mau ke sini. Jadi, Urs mengajakku melihat desa-desa sekitar menggunakan pesawat kecil dengan 6 penumpang dan aku salah satunya, betul-betul luar biasa! Haruskah aku ikut?
“Wait, a plane? Seriously? That sounds… amazing, but also kinda wild! Have you done it before?” tanyaku. Bukankah aku harus memastikan dulu apakah mereka pernah melakukannya?
“Yeah, a couple of times. My buddy’s a pilot, and he can take us up there. It’s nothing too crazy, just a short flight. Sometimes we visit to distribute medicines and donate clothes or food to the villagers. What do you think?”
Apa? Mereka sering melakukannya untuk membagikan obat-obatan, makanan, dan pakaian kepada para penduduk desa. Apalagi salah satu temannya adalah seorang pilot. Mulia sekali!
“Wow, that sounds incredible! I’ve never done anything like that before. I mean, it’s not every day someone asks you to go flying into the wilderness. I’m in!”
Aku nggak bisa menyembunyikan kekagumanku. Aku memang belum pernah melakukan hal seperti itu. Maksudku, nggak setiap hari ada orang mengajakku terbang ke alam liar, kan? Tentu saja aku memutuskan untuk ikut.
“Great! I’ll handle everything. We’ll leave Saturday morning. You just relax and get ready for some fresh air and stunning views,” ucapnya gembira.
Mereka akan berangkat hari Sabtu pagi dan aku hanya perlu menunggu mereka menjemputku. Luar biasa!
“Can’t wait, Urs! Thanks for thinking of me. This sounds perfect,” ucapku. Aku senang sekali karena dia mengajakku. Sebetulnya aku juga ingin mengajak teman-teman yang lain, tetapi tempat duduknya sudah terisi. Jadi apa boleh buat.
“Looking forward to showing you one of my favorite places, rasanya nggak sabar ingin menunjukkan tempat-tempat favoritku,” ucapnya sambil berlalu.
Aku tersenyum. Baru kali ini aku bertemu dan berbicara dengan orang asing, benar-benar asing seperti Urs. Di sini, sebagian besar pengunjung memang bule. Lyra juga sudah berusaha bicara dengan bahasa Inggris, meskipun ala kadarnya. Sementara aku masih berusaha mengingat bagaimana caranya bicara dalam bahasa Inggris.
Urs cukup tampan, seperti orang Amerika lainnya. Tingginya nggak berbeda jauh dengan Vincent, begitu juga hidung mancung dan perawakannya yang tegap. Bedanya, pria itu punya rambut pirang dan mata yang biru.