A Slice of Love

Nenden Nurpuji Hasanah
Chapter #1

Bus Station (1)

Sepatu kulit yang mengkilap itu membungkus sempurna kaki jenjangnya, kain berwarna gelap jatuh tepat di mata kakinya dengan jelas membentuk postur tubuh tegapnya.

Kaki jenjang itu melangkah bergerak kesana kemari dengan sigap, lengannya yang kuat mengayun dengan tegas mengatur lalu lintas pagi yang sejuk di kota ini.

Adalah Arya, polisi muda yang bertugas di persimpangan dekat taman kota. Pria tampan dengan profil yang menawan, tatapan tajam serta rahang yang tegas mengawali paginya dengan mengatur kendaraan-kendaraan yang lewat di persimpangan. Waktu masih menunjukan jam 07.30 pagi dan lalu lintas masih cukup padat mengingat waktunya berangkat kerja.

Ini tahun keduanya berkarir sebagai polisi, cukup menyenangkan diusianya yang masih belia, 26 tahun.

Pria itu mendudukan dirinya di bangku depan pos polisi dekat persimpangan dia melirik jam dintangannya sekilas, sedikit bersantai mengingat jalanan sudah cukup teratur.

"Kopimu dingin, kubuatkan yang baru." Segelas kopi tersaji dihadapan Arya, dia mendongak, melihat sang atasan menaruh kopinya.

"Terimakasih, Mas Adit" Ujarnya seraya meminum kopi tersebut.

Angin berhembus pelan terasa sejuk namun hangat karena sudah masuk pertengahan musim semi, kedua pria matang tersebut mengobrol ringan mengisi waktu luang singkat mereka.

.

.

.

.

.

"Mahes, ayo cepat! Bisnya akan segera berangkat!" Tangan perempuan itu menarik tangan lelaki yang lebih kecil seraya berlari menyebrang jalan menuju halte di depan pintu masuk taman kota. Dengan tergesa-gesa mengejar waktu mengingat bus datang selama 1 jam sekali.

Mereka berdua sampai di sebrang jalan, segera berlari kecil menuju halte, mengejar tujuan utama mereka.

"Tunggu!" Keduanya berhenti, menengok kebelakang dan terkejut nghadapi seorang polisi mendekat ke arah mereka.

"Apa kalian tidak tahu bahwa menyebrang sembarangan itu tidak boleh? Kalian tak lihat disana ada tempat penyebrangan?" Ujar Arya tegas. Ia segera mendekat ketika melihat dua orang -yang mungkin masih usia SMA- menyebrang sembarangan di jalan yang cukup luas ini. Beruntung lalu lintas tidak terlalu ramai.

"A..ah maafkan kami, kami sedang mengejar bis itu" Ucap si perempuan.

"Kalian bisa menyebrang disana." Ucap Arya sambil menunjuk zebra cross yang berada sekitar 200m dari tempat mereka berada. "Tanpa harus membahayakan diri menyebrang sembarangan" lanjutnya.

"Kumohon maafkan kami, terlalu jauh kalau kami harus memutar ke penyebrangan, kami tak ingin terlambat." Masih ujar si perempuan, sedangkan lelaki yang lebih kecil hanya berdiam diri di belakang tubuhnya.

Sejenak Arya terdiam. Ditatapnya mata seseorang dihadapannya itu, mata bulat besar berwarna coklat muda itu menatap memohon padanya, alisnya turun menambah ekspresi melas. Bibir tebalnya dikerucutkan membuat mata seorang Arya melotot.

Nggak kuat Arya tuh...

"O..oke.. karena kalian masih siswa SMA, kubebaskan kali ini. Tapi lain kali, jangan harap aku akan memaafkan kalian." Finalnya.

"Kak Dea, ayo bisnya mau berangkat!" Seru si paling kecil diantara mereka, membuat keduanya kalang kabut segera menuju bis.

Arya memperhatikan mereka sampai bus itu pergi. Dia menggeleng sambil melipat tangannya di dada.

"Ckckck dasar siswa SMA..." kemudian dia baru menyadari sesuatu. "Tunggu... tadi yang mengenakan seragam SMA hanya si kecil itu... lalu yang satunya..... ah sudahlah..." kemudian dia kembali ke pos.

.

.

.

.

.

"Ah... syukurlah masih sempat, hampir kita terlambat, Hes." Yang dipanggil hanya mengangguk. Anak itu duduk di samping jendela dan merapikan seragam almamaternya.

"Selanjutnya kau akan sering melewati jalan ini untuk ke sekolahmu, semoga kau betah di sekolah yang baru ya, Mahesa." ucapnya sambil merapikan rambut sang adik.

"Pasti, Kak." Jawab Mahesa seraya memamerkan senyum lebarnya. Membuat Deana mengusak rambutnya lagi.

Dialah Deana sedang mengantar adiknya masuk ke sekolah barunya. Awal tahun ajaran baru dan Mahesa sudah menjadi siswa SMA.

.

.

.

.

.

.

Arya baru saja keluar dari pos ketika melihat seseorang yang menyebrang ke halte, dengan sigap dia menunggu di depan halte dan menghadang si penyebrang sembarangan tersebut.

Lihat selengkapnya