A Slice of Love

Nenden Nurpuji Hasanah
Chapter #2

Bus Station (2)

.

.

.

Cuaca hari ini sepertinya tidak mendukung aktifitas dengan baik. Hujan rintik terus turun sejak pagi hingga malam membuat jalanan basah dan udara dingin sangat terasa menusuk tulang. Deana mengeratkan jaketnya dan mengepalkan tangannya di dalam saku jaket, ia baru saja pulang dari klinik tempatnya bekerja. Dia mampir sebentar di minimarket mencari sesuatu yang hangat.

Diseduhnya ramen dalam kemasan dan mengambil sekaleng lemon tea hangat, kemudian duduk di kursi yang disediakan di depan mini market. Jam masih menunjukan pukul 7 malam namun jalanan agak sepi meskipun beberapa orang masih terlihat berlalu lalang namun tak seramai biasanya.

Deana menggesekan kedua tangannya diatas cup ramen merasakan sedikit kehangatan dari uapnya. Diambilnya sepasang sumpit dan mulai memakan ramennya.

"Hangat..." gumamnya sambil mengunyah ramennya.

"HATCHUHH!!" suara bersin itu menghentikan Deana yang sedang asyik memakan ramen, dia menoleh penasaran dan mendapati seseorang mengusap hidunya dengan tisu, orang tersebut baru saja keluar dari mini market sambil menenteng segelas kopi hangat di tangan kirinya. Deana menyadari bahwa orang itu bersin berkali-kali.

Gadis itu berdiri dari duduknya dan mendekati pria berseragam polisi itu, ia menempelkan kaleng lemon tea hangatnya pada leher pria itu membuatnya terkejut dan menoleh.

"Ah.. maaf aku mengagetkanmu." Ujar Deana.

Pria itu menggeleng seraya membuang tisunya memperlihatkan hidung mancungnya yang memerah.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Arya.

"Sedikit beristirahat.." jawab Deana sambil kembali duduk di kursinya diikuti Arya yang menyusul duduk dibelakangnya.

"Kau sedang berpatroli?"

"Tidak.. hanya ingin berjalan-jalan sedikit karena jalanan cukup sepi dan lengang....HATCHUHH!" Jawab pria itu diikuti bersin kesekian kalinya.

"Ugh.. maaf.." ujarnya kembali mengusapkan tisu pada hidung mancungnya.

Deana mengambil sesuatu dalam tasnya dan berdiri, memutar meja dan melilitkan sebuah syal lembut di leher Arya.

"Sejak pagi cuaca begitu buruk dan kau dengan berani berkeliaran tanpa memakai pakaian hangat sedikitpun." Ujarnya sambil merapikan letak syal memastikan seluruh bagian leher Arya tertutupi lalu kembali ke tempat duduknya.

Arya pause as always.

Arya tak menyangka Deana akan memakaikan syal padanya, memang salahnya meninggalkan jaketnya di pos. Tapi sepertinya berkat itu Arya sedikit merasa bersyukur.

"Terimakasih..." ucap Arya tersenyum. Dibalas senyum dari si manis.

Hujan masih rintik-rintik jatuh ke bumi. Menebar hawa dingin bagi siapapun yang merasakannya. Namun pada waktu yang sama menghangatkan hati kedua manusia yang sedang meneduh bersama didepan sebuah mini market disana.

.

.

.

.

"Ck.. mana anak itu, kutitip kopiku tak datang-datang." Gerutu Aditya di teras pos. Mari kita biarkan dia sendiri.

.

.

.

.

Hari berganti. Mahesa turun dari bis tepat di depan halte. Ia sedikit berlari agar tidak terkena air hujan. Sudah beberapa hari ini hujan masih setia membasahi kota ini. Anak lelaki itu duduk menepi di halte sambil menepuk-nepuk seragam sekolahnya yang sedikit basah.

Mahesa membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu

To: Kak Dea

Kak, Mahes sudah di halte.

From: Kak Dea

Ah oke tunggu sebentar tak apa? Kakak masih ada pasien, setelah ini kakak langsung menjemputmu. Berteduhlah dulu disana. Pakai syalmu!

To: Kak Dea

Santai saja kak, lagi pula masih hujan, kak Dea jangan terburu-buru.

Mahesa tersenyum geli membacanya. Dia membalas singkat dan kembali memasukan ponselnya ke dalam tas. Mengeratkan syalnya. Hujan nampaknya makin deras. Hanya ada sedikit orang yang meneduh di halte ini.

"Mahesa?" Siswa SMA itu mendongak dan mendapati Arya baru menyimpan payungnya, lengkap dengan seragam polisinya dan jaketnya.

Lihat selengkapnya