A Slice of Love

Nenden Nurpuji Hasanah
Chapter #3

Rose Petals

.

.

.

.

Aku pernah gagal

.

Pernah kehilangan

.

Pernah terlupakan

.

Dan ku tak tahu sejak kapan

dia membuka kembali hatiku

.

.

.

"TIDAAAAKK JANGAN KEJAR EGA..! EGA TIDAK NAKAL JANGAN MAKAN EGAAAAA, DAGING EGA TIDAK ENAAAAAK... HIKS MAMAAAA TOLONG EGAAAAA!!"

GUK! GUKK!

Teriakan diiringi bunyi langkah kencang dan suara gonggongan anjing itu mengalihkan perhatian Aditya yang sedang bertugas. Ia menengok dan mendapati seorang anak kecil berlari terbirit-birit ke arahnya menghindari seekor anjing yang mengejarnyna.

"Huwaaaaa!"

BRUK!

"SAKIT HUWEEEEEEE!!" anak itu terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Aditya berlari ke arahnya, menggendong anak itu dan mengusir anjing yang mengejarnya.

"Ssttt.. sudah.. sudah jagan menangis, anjingnya sudah pergi." Ujar Aditya sambil mengusap punggung dan kepala si anak di gendongannya. Kaki dan tangan anak itu sedikit lecet karena terjatuh tadi. Aditya membawanya masuk pos dan mengobatinya.

"Hiks..hiks.. mamaaa~ " isak si kecil Ega setelah lukanya selesai diobati. Anak itu diam di dalam pos polisi setelah Aditya merawat lukanya.

"Dimana mamamu?" Tanya Aditya pelan. Ega menggeleng.

"Ega tidak tahu, Ega tadi dengan mama tapi ada anjing..hiks.. Mamaaaaaaa HUWEEEEEEE~~"

Aditya sedikit kelabakan karena tangisan anak ini makin kencang. Dia menggendong kembali anak itu dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Ssttt.. tenanglah kita cari mamamu, ya? Sstt... jangan menangis..." ujarnya lembut.

"Wah, Mas Adit, siapa anak itu?" Arya baru saja masuk ke pos dan melihat seniornya sedang menimang-nimang anak kecil.

"Anak ini dikejar anjing dan terjatuh dekat halte, kurasa dia terpisah dari ibunya. Kita harus mencarinya." Jelas Aditya. Ega sudah lebih tenang sudah terlelap bersandar di bahu sang polisi.

"Dia tertidur." Ujar Arya, mengusap lembut surai Ega.

"Mungkin dia kelelahan." Balas Aditya dan Arya mengangguk.

Dengan perlahan Aditya meletakan si kecil Ega di sofa ruang tamu pos dan menyelimutinya dengan jaketnya. Mengusap kepalanya pelan dan mengusap pipinya yang lembap bekas lelehan air matanya.

Arya yang melihatnya tersenyum. Memang dia rasa rekan kerjanya ini sudah cocok menjadi ayah, melihatnya merawat dan menenangkan Ega.

"Kita harus mencari ibu anak ini, mungkin saja tidak jauh dari sini. Arya, kau jaga dia sebentar ya." Ucap Aditya. Rekan kerjanya itu mengangguk dan membiarkan Aditya keluar pos.

.

.

.

"Ah, tunggu!" Baru beberapa langkah Aditya bergerak dari pos, langkahnya terhenti, dia membalikan badannya dan mendapati seorang wanita berambut kuncir kuda ikal kecoklatan berlari ke arahnya, nafasnya terengah-engah karena habis berlari, poninya menempel di dahi karena keringat.

"Tolong, aku kehilangan anakku! Aku tidak tahu dia berada dimana, apakah aku bisa membuat laporan kehilangan? Kumohon, aku takut anakku dalam bahaya!" Ucap wanita itu sambil mengatur nafasnya. Wajahnya pucat penuh kekhawatiran.

"Apa kau melihat anakku? Anak kecil berumur 4 tahun memakain celana pendek biru dan jaket kuning?!" Tanyanya lagi.

Àditya tersadar dari lamunannya.

"A..ah, anak kecil? Tadi... OH! Mungkin saja itu anakmu!" Seru Aditya. Kemudian dia segera kembali ke pos diikuti pria itu dibelakangnya.

.

.

.

"Ega! Ega syukurlah, syukurlah kau ketemu!" Seru waniya itu segera setelah memasuki pos polisi. Segera dipeluklah si anak yang masih tertidur itu. Merasakan pergerakan, Ega terbangun, berkedip sebentar lalu melihat siapa yang memeluknya.

"Mama?" Tanyanya seraya mengusak matanya.

'Mama?' Gumam Aditya yang sedari tadi menyaksikan moment pertemuan itu.

"Iya sayang, mama di sini, maafkan mama tidak menjaga Ega dengan baik..." pelukan itu mengerat.

"Mama.. tadi Ega dikejar anjing." Adu sang anak.

"Anjing? Astagaa, mama sangat menyesal, lain kali, Ega jangan jauh-jauh dari mama kalau mama sedang mengantar pesanan, oke?" Si kecil itu mengangguk lucu.

"Ega, kau terluka sayang?" Tanya sang mama ketika menyadari ada plester luka di tangan dan kaki mungil Ega.

"Ah... Tadi Ega terjatuh saat berlari, hanya luka lecet." Jelas Aditya tiba-tiba.

Sang mama menengok, bergegas berdiri dan membungkuk dalam.

"Terimakasih, terimakasih banyak telah menyelamatkan Ega, aku tak tahu bagaimana membalasnya, terimakasih banyak!" Ujarnya.

"A..ah.. tidak usah sungkan, itu tugas kami melayani masyarakat. E..ehehe.." jawab Aditya gugup.

Kemudian Arya tiba-tiba muncul dari arah dapur.

"Lebih baik anda istirahat, anda masih terlihat kelelahan, Nyonya." Ujarnya sambil menyimpan segelas teh manis hangat.

"Terimakasih banyak."

.

.

.

.

.

.

"Mas Adit..."

"Mas...."

"HUY ADITYA!" Seru Arya sambil memukul lengan Aditya menggunakan gulungan koran.

"YAK! Kau tidak perlu berteriak!" Jawab Aditya seraya mengusap lengannya yang menjadi korban pendaratan gulungan koran.

Lihat selengkapnya