A Slice of Love

Nenden Nurpuji Hasanah
Chapter #6

Alinea Semesta (1)

.

.

.

.

.

TIK TIK TIK

Mata bulat cantik berbinar memandang langit dari balik jendela kamarnya. Langit hari ini begitu suram, seakan mentari enggan menampakkan dirinya.

Hujan deras sedari tadi belum juga berhenti, menambah dingin suasana siang itu. Lengan kurus itu mengeratkan selimut di tubuh kurusnya. Menggulung dirinya dibalik selimut tebal.

Sudah lama ia tinggal di ruangan serba putih itu. Sudah lama pula kegiatannya hanya duduk diatas tempat tidur sambil memandang keluar jendela.

CKLEK

“Waktunya makan, Alin~” seorang wanita berpakaian setelan putih dengan rambut ikal kecoklatan masuk ke kamar itu membawa nampan berisi makanan.

Seseorang yang dipanggil Alin itu menengok ke arah pintu, ia menyaksikan perawatnya itu mendekat padanya.

“Aku belum lapar, Sus.” Jawab Alin setengah berbisik.

“Tidak harus menunggu lapar, Alinea, kau harus mengisi perutmu. Nah, makanlah..” jawab suster itu seraya menunjukan senyum manisnya dan duduk di kursi samping tempat tidur sang pasien kemudian meletakan nampan di meja lipat di depan Alin.

“Makanlah..” ucap suster Tya sekali lagi. Alinea akhirnya mengangguk dan langsung menyuapkan makanan itu kemulutnya.

“Bagaimana keadaanmu hari ini” Tanya Tya lembut sambil merapikan surai Alin.

“Tidak ada yang berubah, suster. Sama seperti kemarin. Aku hanya ingin segera pulang. Atau.. apa aku takkan pernah pulang?” jawab sekaligus tanya Alinea.

Suster Tya bangkit dari tempat duduknya dan merengkuh Alinea lembut. Ia mengusap punggung gadis itu mencoba memberikan kekuatan.

Alinea, gadis berusia 18 tahun yang harus menghabiskan waktunya di rumah sakit. Bukan tanpa alasan tentunya. Sebulan lebih ia tinggal di ruangan berbau obat ini. Ia sangat dekat dengan Tya, seorang suster yang selalu datang keruangannya.

“Kau punya majalah atau bacaan baru, suster Tya?” tanyanya ketika Tya membereskan peralatan makan yang dipakainya tadi.

“Tentu, sebentar, aku akan menyimpan ini dulu lalu aku akan kembali membawakan majalahnya.” Alinea mengangguk senang dan tersenyum. Tya berlalu dari kamar rawatnya membawa alat makan kotor.

Seperti inilah keseharian Alinea, membaca majalah atau apapun yang diberikan Tya, sesekali menonton tv atau berselancar di internet walau tak terlalu sering ia tidak bisa pergi kemanapun, sungguh membosankan.

.

.

.

.

.

Matahari mulai berani menampakkan dirinya sore itu, hujan sudah benar-benar reda. Terlihat tanaman-tanaman terlihat segar terkena air hujan.

Seorang pria tinggi terlihat sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang membaca buku di bangku taman belakang rumah sakit. Seketika ia berhenti, ia menyaksikan gadis bertubuh kurus itu sedang bersama seorang suster di sana. Ia bisa melihat senyum gadis itu walaupun wajahnya kini terlihat pucat. Dia memandangnya tak berkedip, seperti tak ada objek lain yang bisa menarik pehatiannya selain gadis mungil itu.

“Hei, apa yang kau lakukan disini?!” pria tinggi itu menoleh kesampingnya dan mendapati seseorang dengan jas putih panjang tengah menepuk bahunya.

“Ah Dokter Indra, tidak.. aku hanya sedang melihat-lihat.” Jawab Semesta-lelaki itu- lalu kembali memandang kearah dimana gadis manis tadi itu berada.

Lelaki disebelah Semesta yang ternyata seorang dokter itu melihat ke arah pandang Semesta. Penasaran dengan apa yang dilihatnya.

PLETAK

“Yak! Dokter Indra kenapa kau menjitakku!!” protes Semesta yang tiba-tiba saja mendapatkan jitakan dari Indra.

“Jangan memandang suster Tya seperti itu! Dia kekasihku! Enak saja kau melihatnya seperti itu!” Indra menggerutu. Ia tadi mengikuti arah pandang Semesta dan mendapati suster Tya di sana.

“Astaga! Dokter ini seenaknya saja! Aku tidak melihat perawat itu!” bela Semesta sambil mengusap kepalanya.

“kalau bukan lantas kau melihat siapa? huh?” tanya Indra.

“Lihat! Aku melihat gadis manis yang disebelahnya itu!” Semesta mengaku. Indra sedikit mendekat melihat arah pandangnya lagi. Ternyata benar suster Tya sedang bersama seorang pasien disana.

“Oh.. aa..hahaha kukira kau melihat suster itu.. ha...ha” tawa Indra garing.

“Huh, dokter macam apa kau ini.. Lagi pula mana mungkin aku memandang tante-tante itu!"

“Yak! Apa kau bilang! Kau mau kujitak lagi?” Semesta menahan tangan Indra yang hendak kembali menjitak kepalanya.

“Hehe.. aku bercanda Dokter Indra yang tampan... hehe” ujar lelaki itu dengan senyum lima jarinya.

Indra berdecak pelan sambil merapikan letak jas nya. Terjadi hening beberapa saat ketika Semesta kembali memandang kearah gadis manis yang tadi menarik perhatiannya. Kini ia melihat wajah itu sedang tertawa lepas. Mungkin menemukan sesuatu yang lucu pada buku yang dia baca. Tanpa sadar Semesta ikut tersenyum melihatnya. Indra yang melihatnya kembali mengikuti arah pandangnya.

“Namanya Alinea, dia pasien disini. Sudah lebih dari sebulan ia dirawat di sini.” Gumam Indra. Semesta mengalihkan perhatiannya dan menatap pria berjas putih itu.

“Kenapa kau tahu tentangnya?” tanya Semesta. Cemburu ceritanya.

“Tentu saja karena aku dokter yang menanganinnya.” Jawab Indra. Semesta terdiam mendengar jawaban sang dokter. Dia tahu Indra adalah dokter spesialis organ dalam. Jika gadis manisnya itu ditangani oleh Indra berarti gadis itu mengidap penyakit organ-organ dalam tubuh.

“Dia.. sakit apa?” Tanya Semesta setengah bergumam.

Tak ada jawaban dari Indra. Yang terdengar hanya helaan nafas berat. Semesta tahu Indra tak mungkin membeberkannya. Itu menyangkut privasi pasien tentu saja. Semesta menatap dokter itu yang pandangannya masih tertuju pada kedua wanita manis yang sekarang terlihat sedang mengobrol itu. Semesta bisa melihat mata Indra menerawang jauh.

Dokter itu menghela nafas sekali lagi sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada Semesta.

“Kurasa kau akan tahu nanti.” Katanya sambil tersenyum.

“Aku permisi dulu, masih ada pasien yang harus ku kontrol..” ucap Indra lalu pamit meninggalkan Semesta. Lelaki itu menatap nanar punggung sang dokter hingga menghilang ketika dokter itu berbelok. Kembali ia mengalihkan pandangannya ke taman belakang. Gadis manis yang nenarik perhatiannya itu masih terlihat tertawa membuat Semesta kembali tersenyum.

“Alinea..." Gumam Semesta disertai helaan nafas panjang.

.

.

.

.

Hari ini sangat cerah, tidak seperti kemarin yang hujan. Hari ini segar sekali, angin berhembus terasa menyegarkan. Alinea terlihat duduk di bangku taman belakang rumah sakit pagi ini. Setelah selesai sarapan dan check up rutin, ia merengek pada suster Tya agar diizinkan pergi ke taman belakang.

“Tidak apa jika kau kutinggal sendiri disini? Aku harus pergi sebentar..” tanya suster Tya

“Ah, tentu saja, suster..”

Lihat selengkapnya