.
.
.
.
.
Dengan sigap Semesta langsung menggendong Alinea dan membawanya masuk kembali keruangannya.
“DOKTEER! SUSTER!! TOLONG!! KUMOHON SIAPAPUN TOLONG!!” Teriak Semesta mencari bantuan setelah berlari hingga kamar rawat Alinea. Ia langsung membaringkan si gadis di tempat tidur. Gadis manis itu masih saja terbatuk sambil memegang bagian atas perutnya.
“Alin.. bersabarlah.. sebentar lagi dokter akan datang..” Ucap Semesta panik sambil mengusap kepala Alinea penuh sayang. Semesta sudah merasakan tubuhnya bergetar karena takut. Takut terjadi apa-apa pada gadis satu ini.
Tak lama dokter Indra beserta beberapa perawat masuk ke kamar rawat itu dan dengan sigap memeriksa keadaan Alinea. Terlihat suster menyeka darah yang keluar dari mulut gadis itu. Semesta melihatnya dari jauh agar tidak mengganggu kinerja paramedis. Ia menggumamkan do’a agar Alineanya baik-baik saja.
Alinea mulai tenang setelah diberikan obat penahan rasa sakit. Indra terlihat menghela nafas lega. Ia melepaskan segala alat pemeriksaan dari tubuh Alinea.
“Dokter Indra, sebenarnya apa penyakit yang diderita Alin?” tanya Semesta ketika dokter Indra hendak keluar dari kamar rawat itu. Seperti kemarin Indra hanya menghela nafasnya sebagai jawaban.
“Dokter Indra kumohon.. beritahu aku...” Bujuk Semesta. Sekali lagi Indra menghela nafasnya.
“Ikutlah keruangan ku sekarang, Semesta” jawab Indra pada akhirnya.
“Tapi, Alinea...”
“Tenang saja, ada beberapa perawat yang menemaninya di sana. Ikutlah keruanganku sebentar.”
Akhirnya mau tak mau Semesta mengikuti langkah sang dokter menuju ruangannya.
.
.
.
.
Hari mulai petang dan Semesta masih betah duduk di kursi disamping tempat tidur Alinea. Ditatapnya wajah tenang si manis yang tengah tertidur itu. Ia masih mengingat obrolannya dengan dokter Indra siang tadi.
‘Alinea mengidap kerusakan fungsi hati. Dan itu sudah menginjak tahap berbahaya. Hatinya sudah benar-benar tidak berfungsi dengan baik.’
Semesta menghela nafas berat mengingat kata-kata dokter Indra tadi.
‘Separah itukah?’
‘Sekarang sudah menginjak fase berbahaya. Kondisi Alinea saat ini naik turun. Jika dia tidak bisa bertahan maka.. ya... kurasa kau tahu, Semesta...’
‘Tapi aku yakin Alinea orang yang kuat. Maka dari itu teruslah menemaninya dan memberinya semangat.'
Tangan Semesta bergerak menggenggam tangan kurus Alinea yang terkulai lemas di tepi tempat tidur tinggi itu.
“Aku akan menjagamu, sayang..” gumam Semesta lalu mengangkat tangan itu dan mengecupnya lembut.
“I Love You.”
.
.
.
.
Sudah beberapa hari berlalu dan kondisi Alinea mulai membaik kembali. Sudah beberapa hari itu pula Semesta menemani Alinea membuat gadis manis pemilik mata cantik itu terlihat semakin gembira dari hari ke hari.
Cinta datang karena terbiasa. Sepertinya peribahasa itu yang pas untuk menggambarkan hubungan mereka.
“Alin... kenapa makananmu belum kau makan juga hm?” Tanya suster Tya yang saat itu sedang membujuk Alinea untuk makan.
“Aku tidak lapar, susteeeerr~." rajuk Alinea. Ia merasa bosan juga dipaksa seperti ini.
“Tapi kau harus makan, Alin. Kau belum makan apapun sejak tadi pagi..” Tya masih mencoba membujuk.
“Aku tidak mau..” Alinea malah memalingkan wajahnya ke jendela dan menatap keluar.
Suster itu menghela nafas. Susah juga jika Alinea sudah seperti ini.
CKLEK
“Hallo...” Sapa seorang pria yang baru saja masuk keruangan itu.
“Semesta..!!” pekik Alinea merasa senang pria itu datang.
“Kenapa? Kenapa?” Tanya Semesta heran ketika mendapati suster Tya yang sedikit murung menghadapi Alinea.
“Anak ini tidak mau makan. Dan aku bingung bagaimana lagi cara membujuknya.” jelas Tya.
Semesta hanya terkekeh. Ia mengambil nampan berisi makanan dari tangan suster Tya.
“Serahkan saja padaku, suster.. Sekarang sebaiknya suster temui dokter Indra. Dia sepertinya sudah menunggumu di kantin rumah sakit” Jelas Semesta secara tidak langsung mengusir perawat bertubuh pendek itu.
“Ini sudah jam makan siang kan? Dan Aku tahu dokter Indra pasti sudah menunggumu untuk makan, ayolah..temui dia. Soal ini serahkan saja padaku...” lanjut Semesta seraya meletakkan nampan itu di meja nakas dan mendorong pelan punggung suster Tya keluar ruangan.
“Yak! Kau mengusirku?!”
“Eiyy.. suster! biarkan aku yang mengurus si manisku ini... sekarang waktunya kau mengurus lelakimu ituu..” Ujar Semesta masih terus mendorong Tya keluar.
“Baiklah...baiklaah tak perlu mendorongku seperti ini.”
Semesta menghentikan acara mari-dorong-suster-keluar-ruangan nya itu dan tersenyum polos.
“Aku akan mengecek kesini lagi dan makanan itu harus sudah habis.” Ucap suster Tya final sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu.
Semesta kembali menutup pintu itu dan mendekati Alinea. Semesta kaget ketika mendapati wajah Alinea yang terlihat memerah.
“Ya ampun, Alin kau baik? Kenapa wajahmu memerah seperti ini?!” Tanya Semesta sambil mengangkat wajah Alinea dan menyentuh kening itu dengan punggung tangannya.