.
.
.
.
.
Arjuna Satya. Atau Juna. Siapa yang tak kenal dia? Tampan, berkharisma, bertalenta. Tatapan matanya yang tajam bisa membuat siapapun yang melihatnya tak bisa lepas. Memilikki lesung pipit yang memberi kesan seksi padanya. Seorang Vokalis, Dancer dan Rapper terkenal. Dia sudah memiliki banyak fans meskipun belum lama debut. Kharismanya diatas panggung tiada tandingnya. Siapapun yang melihatnya akan terpesona. Setidaknya itu yang public ketahui.
Arjuna yang sebenarnya...
Seorang Arjuna..
Adalah..
"Minggir! Kalian tidak lihat aku akan lewat sini?! Seenaknya menghalangi jalanku!"
"Kerjakan yang benar, Bodoh! Manajer macam apa kau ini? Tidak bisa mengerjakan semuanya dengan baik! Ck!!"
"Aku tidak mau makanan ini! Berani sekali kau memberiku makanan macam ini! Buang ini! Buang!!"
Seseorang dengan temperamen yang tinggi. Tidak bisa menerima sesuatu yang tak ia inginkan. Selalu tidak puas dengan hal yang ada di depannya. Semua yang dilihatnya selalu salah. Manusia bersifat otoriter. Selalu ingin yang sempurna.
"Ma..maaf Tuan, maafkan saya, ak..akan saya tukar dengan makanan baru... Ap.. apa yang anda inginkan, tuan?" Seorang gadis terlihat ketakutan mendapatkan tatapan tajam dari Arjuna.
"What? Kau ini manajerku! Bagaiana bisa kau tak tahu apa yang aku inginkan? Bodoh!" bentaknya tanpa ampun.
PRANG!
Piring berisi makanan itu berserakan di lantai setelah mendapatkan tendangan dari seorang Arjuna. Sedangkan gadis yang diketahui adalah manajernya hanya menatap nanar piring yang sudah tak berbentuk itu.
"Ck! Aku makan diluar saja." Dengan itu Arjuna berlalu pergi.
.
.
.
.
.
"Kumohon, aku sudah jengah menghadapi sifatnya itu, aku tidak sanggup. Aku ingin mengundurkan diri." Sang manajer menahan kesalnya berbicara dengan atasannya.
"Tapi, bagaimana jika kau berhenti nanti, siapa yang akan menggantikanmu?" Tanya seorang pria paruh baya didepannya yang diketahui menrupakan sang atasan.
"Aku tidak peduli, Pak, aku hanya ingin lepas dari artis itu, aku punya kehidupan sendiri yang harus aku urus. Aku tak sanggup lagi mengaturnya. Aku tak sanggup." Keluh gadis malang itu.
Pria paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia tahu kalau akhirnya akan jadi begini. Ia merutuki sifat artisnya yang kelewat keras kepala itu.
"Haah.. baiklah, permohonanmu diterima. Aku berharap kau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik." Ujar pria paruh baya itu.
"Terimakasih, Pak direktur. Terimakasih banyak." Gadis itu membungkuk berkali-kali. Ia tersenyum sebelum berpamitan dan dan pergi dari ruangan atasannya itu.
Pria paruh baya itu melonggarkan dasinya, helaan nafas lelah keluar dari bibirnya, tubuh tegap itu berdiri, beranjak menuju jendela.
"Sepertinya memang sudah waktunya aku memanggilmu kembali." Ujar pria itu pelan.
.
.
.
.
.
Terlihat seorang gadis berperawakan tinggi bermata bulat tengah menarik koper berwarna biru tua keluar dari pintu kedatangan Bandara. Gadis itu melepas kacamata hitamnya. Dan mengambil ponsel di saku jaketnya. Ia mencari nomor sebelum menekan tombol hijau.
"Hallo? Papa? Aku sudah tiba di bandara...."
"....."
"Ehm baiklah aku akan menunggu. Terimakasih Papa.."
Gadis itu kembali memasukkan ponsel kedalam saku jaketnya dan kembali berjalan menarik kopernya.
"Tidak biasanya Papa tiba-tiba memintaku pulang. Pasti ada sesuatu yang penting." Gumamnya.
.
.
.
.
"Ah.. anakku .. apa kabar?" Tubuh tegap berisi itu berdiri dari duduknya ketika mendapati sang putri yang ditunggunya masuk ke ruangannya.
"Baik, papa." Jawab sang anak setelah memberikan pelukan singkat.
"Jadi, apa yang membuatu harus pulang?" Tanya pemilik mata besar itu to the point setelah ia mendudukan dirinya di sofa.