“PR matematika, besok dikumpulkan. Kalian sudah mengerjakannya?”
“Aku tidak tahu kalau ada PR. Dante kau sudah mengerjakannya?”
Matanya memburuku seperti seorang polisi yang sedang mencari buronan.
“Tentu saja aku belum mengerjakannya.” untungnya aku ingat satu hal.
“Bagaimana dengan kau Teddy, Bobby?” Luna mulai menginterogasi.
“Aku belum.”
“Aku juga.” Kata Bobby.
“Kau Tina? Kau pasti sudah mengerjakannya.” Luna sedikit lesu menanyakan hal itu pada Tina. Harusnya dia sudah kalau anak rajin seperti Tina pasti sudah mengerjakan semua tugas yang dia terima.
“Mm. Jangan lupa, besok Senin dikumpulkan.” jawab Tina.
“Kau tidak perlu mempertegasnya Tina. Kau benar-benar tidak membantu.” Luna kini semakin nyaman berbaring di gubuk. Itu adalah kebiasaannya, saat dia bingung karena tidak mendapatkan solusi dia pasti berbaring seperti itu. Entah sampai kapan.
“Luna, dikumpulkannya besok. Besok.” Tina berbisik pada Luna.
Inilah dampak negatifnya memiliki teman yang rajin. Aku bahkan tidak menyangka bisa memiliki teman seperti Tina. Luna pun melompat bangun. Ah tidak, dimulai lagi.
“Kita harus mengerjakannya sekarang, Tina kau bisa membantu kami semua?” Luna bertanya, wajahnya mendadak mendekati Tina.
“Tentu saja. Kapan kalian mau mengerjakannya?”
“Luna—Luna, dengarkan aku. Tina tidak satu kelas dengan kita. Jadi kau tak perlu pusing memikirkannya.”
“Aku tahu, tapi aku jadi kepikiran sebenarnya kita juga ada tugas dari pak Broto, karena banyak dari kita yang tidak selesai mengerjakannya, maka dijadikan PR.” aku tidak tahu yang ini.
“Nanti malam, semuanya kita kerjakan di rumah Dante.” Sudah kuduga. Dia pasti memilih rumahku. Dia pasti tahu kalau aku tidak akan datang kalau di rumah yang lain.
“Tunggu kenapa rumahku, kita bisa mengerjakannya di rumah Bobby yang memiliki banyak cemilan.” Terlihat dari tubuhnya yang subur, dengan rumah yang besar pasti Bobby menimbun cemilan yang banyak di rumahnya.
“Di rumahku juga tidak apa-apa.” Bobby bahkan menyetujuinya. Ayolah aku sedang ingin bersantai ini.
“Tidak bisa, Dante kau pasti mau malas-malasan di rumah. Ini darurat karena besok harus dikumpulkan.” Sekarang Luna terlihat seperti pejuang kemerdekaan. Semangatnya tampak sangat menggebu-gebu. Sepertinya aku harus sedikit berhati-hati kali ini.
“Baiklah. Kalau begitu aku pulang dulu. Aku mau mempersiapkan rumahku okey. Daa.” Aku sumringah. Beranjak dari gubuk.
“Alasan kau saja itu.” Seru Teddy.
“Tunggu Dante, jangan lupa jam tujuh malam.” Luna mengingatkanku.
“Okey dokey.” Aku menjawab sambil berjalan pulang. Baiklah saatnya aku menikmati Minggu indahku lagi.