A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #3

Bab 3

  Selain Luna. Ada Tina, dia adalah siswi yang rajin. Seperti siswa rajin lainnya, dia selalu mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan. Dia juga sama seperti Luna sepertinya, dari yang kudengar dia juga belum pernah berpacaran. Dia juga tampaknya tidak terlalu peduli terhadap hal itu. Paras Tina lumayan, tidak kalah cantik dari Luna. Aku sempat melihat ada beberapa laki-laki yang mencoba mendekatinya. Mungkin ini adalah dampak negatif menjadi orang yang pintar, dia tidak menanggapi pria itu. Dia hanya berasumsi bahwa pria itu sangatlah baik kepadanya. Entah ini karena dia terlalu berpikiran positif atau logikanya terlalu banyak mengambil alih hidupnya. Aku rasa suatu saat dia akan menikahi buku pelajarannya. Tina adalah perempuan berkacamata yang cantik yang pernah kutemui. Awal dia bergabung dengan geng Luna dan aku adalah saat awal-awal masa SMA. Masa orientasi, itulah awalnya.

  Sedangkan Teddy, namanya memang seperti nama boneka beruang. Tapi tidak dengan perilakunya. Perilakunya sangatlah tidak imut. Kau tahu, dia lebih mirip seorang pengecut dan pembual. Saat sebelum bergabung dengan gengnya Luna. Aku sering mendengarnya membual. Awalnya kukira dia berbicara sendiri seperti orang gila, ternyata dia berbicara padaku. Luna bilang dia percaya pada Teddy, aku memang tidak berkewajiban mengikuti pilihan Luna tapi jika Luna berbicara seperti itu maka aku pun akan mencoba percaya pada Teddy. Tak ada salahnya mencoba.

  Bobby, yah. Dia adalah orang yang paling asik. Dia orang yang paling asik makan saat pelajaran. Dia beruntung karena tempat persembunyian makanannya belum ketahuan para guru. Begitu juga dengan triknya, trik saat dia hendak makan dan menyembunyikan suara mulutnya yang sedang mengunyah. Awal pertemuanku dengan Bobby adalah saat aku dan Luna sedang makan di kantin.

  “Dante, lihatlah.” Luna menunjuk Bobby yang sedang sibuk dengan makanannya.

  “Pertanyaan apa yang harus ku lontarkan setelah melihat dia?” Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan setelah melihat lima mangkuk berisi penuh makanan di hadapan Bobby.

  “Pertanyaan yang tepat adalah, kenapa kau tidak menjadi seperti dia saja. Kau pasti terlihat lucu dengan tubuh gempalmu.” Luna meringis.

  “Menjadi gemuk seperti itu? Kalau aku menjadi seperti dia, kau akan lebih sering menjahiliku.” Itu sudah pasti. Karena Luna orang yang suka sekali jahil.

  Dampak positif satu geng dengan Luna? Entahlah, terlalu banyak dampak negatif di sekolah ini. Dengan Luna yang menjadi ketua geng karena tidak ada yang berani melawannya diantara kami. Kami berlima menjadi dapat perhatian lebih dari para guru. Kami berlima terkesan menjadi sekelompok pembuat masalah. Para guru menyangka kami semua ini pembuat masalah karena adanya Luna dalam kelompok pertemanan kami. Guru-guru mulai mencari tahu siapa kami berlima sebelum menjadi sebuah kelompok, itu semua karena Luna selalu memaksa untuk pergi ke kantin bersama-sama saat jam istirahat dan membuat kami semua di curigai akan membuat masalah apa nantinya.

  “Baik Luna, sudah cukup pertunjukannya. Aku mau ke kelas lebih dulu.” Baru dua kali aku melangkah dia langsung menarik kerah bajuku.

  “Kau mau kemana, kita ini kan sekelas huh?” Luna mulai terdengar kesal.

Lihat selengkapnya