“Apanya yang mencurigakan. Sudahlah kau tidak usah khawatir dengan tugasmu, kau bisa minta tolong Tina kan?”
“Bagaimana denganmu? Kau bisa mengerjakannya sendiri?”
“Tentu saja.”
“Dasar sok pintar.” Wajahnya cemberut. Itu adalah ekspresi yang dulu sering dia tunjukkan saat kesal. Mungkin saat ini sifat kekanak-kanakannya sedang kambuh. Dia tampak lucu. Apa aku terlihat aneh?
Setiap hari aku pergi ke sekolah menggunakan motorku. Memiliki rumah dua tingkat bukan berarti kau kaya. Motorku hanya motor biasa, yang terpenting bisa kupakai sehari-hari dan yang pastinya hemat bensin. Aku tidak mau menghabiskan uang sakuku hanya untuk membeli bensin, lagipula Luna sering menyuruhku untuk mengantarnya pergi berjalan-jalan. Jadi yang terpenting adalah hemat bensin. Apa aku terlihat seperti orang yang pelit? Biarlah, bukankah ada pribahasa hemat pangkal kaya?
“Dante, aku pulang denganmu ya?”
“Biasanya memang seperti itu kan?” Dia ini kenapa sebenarnya.
“Aku pulang.”
Aku sampai di rumah. Pergi ke dapur sebentar untuk mengambil air minum. Aku membawanya ke kamar. Tanpa prasangka apapun, aku rebahan di kasur sambil mengecek ponselku. Masih memakai seragam aku bangun lalu meminum air yang tadi kuambil. Dua tahun belakangan, Luna selalu membuatku curiga dan waspada. Aku khawatir dengan tingkahnya yang semakin lama semakin jahil. Tahun lalu dia pernah memintaku untuk tanda tangan di sebuah kertas. Dan ternyata kertas itu adalah surat cinta. Dia menggunakan tanda tanganku agar terlihat jika surat itu benar-benar aku yang menulisnya.
Dia memberikan surat itu ke sembarang perempuan yang lewat, aku sendiri bahkan tidak tahu sampai teman satu kelasku yang juga satu kelas dengan Luna memberitahuku. Dia memberitahuku kalau Luna saat itu sedang mengedarkan surat itu. Dia mengedarkannya seperti seorang SPG yang sedang mencari pembeli. Dia membuatku menjadi seperti barang jualan yang sedang diskon. Tidak mungkin aku hanya berdiam diri saja. Tentu aku langsung bergegas mencari Luna yang entah dimana dia mengedarkan surat itu. Sayangnya Aku sudah terlambat saat menghampirinya.
“Luna, apa yang sedang kau lakukan? Di mana surat itu?” Aku menggapai tangan Luna. Yang ternyata surat itu sudah tidak ada.
“Kau mencari apa?” Dia bertanya seakan mengajakku bercanda.