A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #8

Bab 8

  Setelah itu kalimat yang sering ku dengar di kelas adalah ‘kita akan membuat pementasan drama?’. Semua mempertanyakan tugas yang tiba-tiba saja diberikan oleh Bu Dian. Anehnya, Luna tidak memprotes sedikit pun. Dia malah senyum-senyum sendiri.

  “Luna, kau tidak..protes dengan tugas yang merepotkan seperti itu?”

  “Tidak. Kebetulan aku juga mau mencoba akting. Siapa tau aku bisa menjadi aktris.” Kata Luna, sambil menatap langit-langit kelas yang tidak ada apa-apanya. Sepertinya dia sedang masuk ke dalam dunia khayalannya lagi.

  Luna bilang dia mau mencoba akting, untuk apa dia melakukan itu. Dia bahkan sudah sering akting, dia selalu berakting polos. Ya, tentunya saat dia membuat banyak masalah di saat itulah kemampuan aktingnya yang luar biasa keluar seketika.

  Tiga hari lagi libur, tapi malah mendapatkan tugas untuk membuat pementasan drama. Satu kelas terdapat empat puluh siswa. Dengan orang sebanyak ini cerita apa yang bisa kita tampilkan, cerita apa yang melibatkan banyak manusia?

  “Sudahlah, ayo kita pulang saja. Jangan terlalu dipikirkan.” Kata Luna.

  “Tunggu sebentar, kita harus diskusikan dulu dengan yang lain.”

  “Yang lain juga setuju denganku. Hei kalian semua, kalian setuju denganku kan?”

  “Iya.” Semua orang berseru.

  “Lihat, lagian siapa juga yang mau memikirkan tugas sekolah di saat liburan. Hm... hm ?”

  “Baiklah, ayo pulang.” Benar juga apa yang dibilang Luna, aku juga malas memikirkan semuanya sendiri.


  Ini minggu-minggu yang menyenangkan, dua hari kedepan pasti guru hanya akan berbasa-basi saja di kelas. Inilah saatnya aku bersantai-santai menikmati hari libur. Tentang pergi ke luar untuk berlibur, aku tidak terlalu memikirkannya. Menurutku, yang terpenting dalam berlibur adalah menikmatinya. Entah kita sedang berada di mana, yang harus kita lakukan adalah menikmatinya dan melupakan segala penat yang ada di pikiran kita.

  Liburan tidak harus selalu berjalan-jalan ke suatu tempat atau pergi ke luar kota maupun ke luar negeri. Inti dari liburan adalah menyegarkan pikiran dari berbagai macam masalah, menikmati waktu luang yang kita miliki dengan melakukan apa yang kita sukai dan kita inginkan. Jadi, yang aku ingin lakukan adalah tiduran seharian dengan tenang. Tapi sepertinya tidak bisa. Luna pasti akan menggangguku dengan senang hati. Dia pasti akan melipatgandakan penatku melebihi hari-hari biasa.

  Jika diingat-ingat kemarin Luna dan yang lainnya pernah membahas tentang ke mana sebaiknya kita berlima berlibur bersama. Ini pasti akan merepotkan. Sudah kuduga Luna pasti akan membuat rencana-rencana seperti ini. Dia punya banyak ide, tapi idenya melebihi kapasitas yang mampu dia lakukan dan selalu ngawur. Menunggu Luna menelepon, menunggu Luna datang ke rumahku, atau menelepon Luna sendiri itu semua sama, sama-sama membuatku gelisah. Aku takut kalau dia membuat rencana yang menyesatkan mengingat dia belum mengatakan isi pikirannya kemarin saat berada di rumahku. 

  Jam sudah menunjuk ke angka sembilan, ini sudah malam. Bukan hari ini? Yap, lagipula masih ada dua hari lagi. Tak lama begitu aku berbaring dan berguling ke samping kanan dan kiri karena saking senangnya, mungkin karena saking senangnya jadi aku tidak mendengar langkah kaki ibuku mendekat. Ibuku mengetuk pintu kamarku dan dia bilang ada yang mencariku.

  “Dante, di depan ada temanmu. Cepat temui ini sudah malam kasihan mereka.” Kata ibuku, lalu terdengar langkah kakinya menjauh dari kamarku. Luna?

  Aku turun untuk mengeceknya, benarkah itu Luna? Ini sudah malam, dia pikir besok hari liburnya sudah dimulai?!

Lihat selengkapnya