A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #9

Bab 9

  “Kau terlihat sangat nyaman jadi aku merasa tidak enak saat mau membangunkanmu, kau tidak terlalu terkejut sepertinya. Kau sudah merencanakannya?” Kata Luna, sambil bercermin dan merapikan rambutnya.

  “Aku terlalu lemas untuk terkejut, tapi aku tetap terkejut. Bagaimana aku merencanakannya? Semalam aku benar-benar mengantuk.” Aku beranjak dari kasur dan mencari jam dinding. “Aku tidak berbuat yang macam-macam padamu kan?”

  “Mana kutahu, kau ingat-ingat saja coba.” Kata Luna, sambil membuka kaosnya.

  “Jangan buat aku penasaran, hei-hei. Aku masih di sini. Kalau kau mau ganti baju harusnya kau bilang, aku keluar dulu. Di mana sih jam dindingnya?” Aku masih mencari jam.

  “Ini sudah jam tujuh kurang lima belas menit.” Teriak Luna dari dalam kamar.

  “Apa? Kenapa kau tidak bilang dari tadi. Aku pasti terlambat ini.” Mataku membelalak.

  “Kau bisa menumpang mandi di sini, aku sudah membawakan seragam milikmu.” Luna keluar dari kamar sambil menyisir rambut hitamnya.

  “Aku rasa kau yang merencanakannya bukan aku.”

  “Kau bisa betulan terlambat kalau masih mengobrol denganku di sini.”

  “Kau benar, aku pinjam kamar mandimu.” Aku berlari ke kamar mandi yang ada di rumah Luna.

  “Larimu cepat sekali untuk orang yang masih lemas.” Teriak Luna dari depan kamarnya.

  Aku bergegas ke kamar mandi untuk mempersingkat waktu, semoga aku tidak terlambat. Karena aku tidak membawa sikat gigi, yah lagian juga ini tidak direncanakan. Jadi aku hanya mengguyur tubuhku dan juga menggunakan sabun serta shampoo agar tubuhku tetap wangi. Aku harus mencari permen sebanyak-banyaknya nanti.

  Aku sudah selesai mandi, tapi aku melupakan hal yang penting sepertinya. Aku lupa membawa handuk. Haruskah kupakai lagi kaosku dan celanaku?

  “Dante keluarlah, aku membawakan handuk untukmu.” Seru Luna dari luar kamar mandi.

  “Jangan mengintip.” Aku membuka sedikit pintu kamar mandi hingga hanya kepalaku saja yang terlihat dari luar.

  “Ini.” Aku mengambil handuk yang diberikan Luna. “Dante, aku menunggu di ruang tamu ya.”

  Ada di mana seragamku? Di kamar? “Di mana dia taruh seragamku?” Aku masuk lagi ke dalam kamar Luna. Ada di atas kasur. Aku yang tidak melihatnya atau dia baru menaruhnya di atas kasur saat aku mandi.

  Sebelum menemui Luna di ruang tamu. Aku menyempatkan untuk melihat-lihat kamar Luna. Tidak ada poster yang aneh-aneh. Sangat wajar, aku cukup mengenal Luna jadi wajar-wajar saja. Meja yang dipenuhi alat-alat makeup. Aku ingin sekali menggeledah kamarnya untuk mengecek apa dia menyimpan obat-obatan terlarang atau tidak. Tapi aku tidak punya hak untuk itu, lagipula aku tidak punya waktu mengingat kalau aku ini sedang dalam keadaan telat.

Lihat selengkapnya