Aku mengambil ponselku dan menelepon Teddy. Tiga puluh detik berlalu tanpa ada jawaban. Satu menit, aku menelepon Teddy sambil mencari-cari di mana mereka berdua. Aku bergentayangan di lorong hotel, aku berkeliaran sambil menyeret koperku. Percuma, berulang kali aku menelepon Teddy tidak ada jawaban.
Aku beralih menelepon Bobby. Sama saja. Haruskah aku kembali ke kamar Luna dan Tina? Tidak mungkin. Mereka pasti sedang beristirahat. Ransel yang ada di punggungku dan koper yang senantiasa ku seret saat mencari Teddy dan Bobby mulai membuatku lelah.
Perlahan pundakku terasa berat. Pegal rasanya. Tangan kananku juga mulai terasa kaku. Aku beristirahat sebentar di dekat tangga. Aku duduk dan mencoba menelepon Teddy dan Bobby lagi. Apa yang sedang mereka lakukan, kenapa mereka tidak menjawab teleponku. Jangan bilang kalau baterai ponsel mereka habis.
“Kak Dante!” Seseorang memanggilku.
“Sydney?” Aku menoleh. Sydney muncul dari belakangku.
“Kau..apa yang kau lakukan di sini? Kau juga berlibur di sini?”
“Ya..kurang lebih seperti itu. Kau sendiri?” Entah aku harus percaya ini hanya kebetulan atau direncanakan yang pasti aku malas memikirkannya.
“Kenapa kau duduk disini?”
“Aku tidak tahu nomor berapa kamarku. Temanku membawa kuncinya tanpa memberitahuku nomornya.”
“Kau sudah menelepon mereka?”
“Sudah, tapi sepertinya ponsel mereka mati.”
“Kau mau beristirahat di kamarku? Untuk sementara.”
“Tidak usah tidak apa-apa. Kau berlibur sendiri?” Pertanyaan apa ini, seolah aku ingin memastikan siapa saja yang ada di kamarnya.
“Tidak, aku bersama teman-temanku. Kau yakin tidak mau?”
“Tidak terima kasih. Aku di sini saja.”
“Baiklah. Kamarku nomor 435, kalau kau berubah pikiran.” Tawaran yang sangat menggoda.
Haruskah aku menduga-duga?Ponselku bergetar.
“Ah, si bocah tampan akhirnya.” Ternyata Bobby yang meneleponku. “Bobby, di mana kau?”
“Maaf Dante, baterai ponselku habis jadi aku harus mengisi dayanya dulu. Kau di mana?” Tanya Bobby.
“Entahlah, aku sedang di dekat tangga.”
“Tunggu sebentar Dante, aku akan kirim lokasiku padamu. Kemarilah.” Kau serius?
Kita masih berada di satu tempat yang sama dan aku harus mencarimu dengan Google maps ?
“Dante, Dante. Bangunlah. Oy Dante.”
“Ada apa Bobby, aku masih lelah.”
“Luna menyuruh kita untuk berkumpul.” Kata Bobby.
“Bilang saja aku masih lelah, aku mengantuk. Badanku masih pegal-pegal.” Aku tidur lagi.
“Aku bisa kena marah kalau kau tidak bangun.”
Ah, aku masih lelah. Aku baru beristirahat sebentar kenapa dia meminta untuk berkumpul. Jam berapa ini?
“Bilang padanya, biarkan aku beristirahat sebentar lagi. Ini masih siang untuk berjalan-jalan.” Kataku.
“Ini sudah jam tiga. Hoahh.”
“Lihat, kau sendiri juga masih mengantuk bukan? Sudah tidur saja. Luna pasti sedang sibuk berjalan-jalan sendiri.” Aku meregangkan tubuhku.
“Seperti itu?”
“Seperti itu. Sudah tidur saja.” Aku menyuruh Bobby untuk ikut tidur. Masih ada empat belas hari lagi untuk berjalan-jalan.