A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #17

Merawat si Jahil yang juga Ceria

"Ah, bukan. Aku temannya. Kebetulan kami sedang berlibur di dekat sini." Kataku.

"Jangan terlalu bersemangat, kalian juga harus beristirahat dalam berlibur. Kalian bisa batal menikmati hari libur kalau kalian terlalu lelah. Beristirahatlah kalau memang kalian sudah lelah. Itu saranku. Tapi, kau yakin kau bukan pacarnya?" Dokter itu sekali lagi bertanya, menyelidik.

"T-tentu saja." Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Ini, kau bisa tebus obat-obat ini di apotek terdekat."

"Iya, terima kasih dok." Kataku.

"Sama-sama. Berhati-hatilah, pastikan tuan putrimu tidak jatuh saat kau menggendongnya." Dokter Kirana terkekeh. "Rawat dia dengan baik ya."

"I...ya." Dia masih saja menggodaku. "Ayo Luna."

Aku menggendong Luna di punggungku. Kembali ke dalam mobil. Aku membangunkan pak Asep yang sedang tertidur di belakang kemudi. "Ah iya, em." Pas Asep bangun dari tidurnya. "Kita kembali ke situ Patenggang atau ke hotel?"

"Kita kembali ke hotel saja. Nanti setelah itu bapak kembali lagi ke Situ Patenggang untuk menjemput yang lainnya."

"Baiklah. Tapi sayang sekali, padahal bapak mau menyarankan ke perkebunan stroberi selesai dari Situ Patenggang. Soalnya lokasinya dekat sekali dengan Situ Patenggang."

"Tidak apa-apa, mau bagaimana lagi. Mungkin ini waktunya untuk Luna beristirahat setelah dua hari penuh semangat."


Aku mencoba menghubungi Teddy, masih tidak bisa. Ponselnya mati. Aku mengirimi Tina pesan. Lima menit kemudian Tina membalas. "Kami sudah menemukan Teddy. Mungkin kami kembali sekitar jam lima sore. Apa Luna baik-baik saja?"

"Dia baik-baik saja, kau dan yang lainnya jangan khawatir." Aku mengirim pesan pada Tina. Dia bilang sekitar jam lima ya? Hmm...ini baru jam setengah empat. Apa yang harus aku lakukan di hotel sampai mereka semua kembali?

Aku melirik Luna yang sedang tertidur. Aku berdiri di dekat jendela. Aku tidak bisa pergi meninggalkannya sampai Tina kembali. Aku bingung mau melakukan apa. Aku hanya bisa menatap Luna yang sedang tertidur lelap di ranjangnya. Aku jongkok di samping Luna, menatapnya yang sedang tidur dengan posisi miring. Sesekali aku menyisir rambutnya yang berkeliaran di wajahnya ke belakang kupingnya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Teringat saat kecil, memang aku suka sekali mengelus kepalanya saat dia tidur. Seolah aku sedang berusaha meyakinkan Luna yang sedang tertidur. "Jangan khawatir, aku disini. Tidak akan ada yang bisa menganggu tidurmu. Aku menjagamu. Tidurlah dengan nyenyak."


Jam di dinding sudah menunjuk ke angka empat. Aku masih terjaga di kamar Luna. Rasa haus dan lapar mulai menyerangku. Aku melirik Luna, memastikan Luna masih tertidur. Perlahan aku membuka pintu kamar, aku berjinjit keluar agar Luna tidak terbangun karena suara langkah kakiku.

"Kau mau ke mana?" Luna memergokiku. Luna sudah terbangun. Sejak kapan dia terbangun? Jika sedari tadi, aku merasa seperti orang bodoh saat berjinjit keluar tadi.

Lihat selengkapnya