A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #18

Bab 18

  Kalung yang Luna maksud adalah kalung yang berhiaskan berlian, yang harganya mencapai jutaan bahkan bisa saja mencapai milyaran. Aku bisa dapat uang sebanyak itu dari mana untuk membeli kalung super mahal seperti itu.

  Biar ku ingat-ingat lagi siapa sebenarnya yang salah. Aku atau—aku. Luna tidak pernah salah. Perempuan tidak pernah salah jika berhadapan dengan laki-laki. Senjata pamungkas mereka adalah menangis. Aku tidak bisa apa-apa jika Luna sudah menangis, yang hanya bisa kulakukan hanyalah menuruti keinginannya. Itulah kenapa aku langsung pergi keluar saat Luna mulai mengungkit kalung yang sejatinya sudah kulupakan. Barang itu terlalu mahal sampai-sampai aku ingin sekali amnesia jika mengingat harganya.

  Sejak ibunya Luna meninggal dan ayahnya entah pergi ke mana. Luna menjadi tanggung jawab keluargaku, walaupun dia masih memiliki kakek dan nenek.

  Dan kini, ibuku yang bertugas menjewerku saat aku berbuat salah pada Luna. Yang pada sebenarnya tidak. Termasuk membuat Luna menangis. Aku bisa memprediksi bahwa kupingku akan berubah warna nantinya saat sampai di rumah nanti. Dia pasti akan melaporkan yang tidak-tidak sesampainya di rumah.

  Aku rasa saat itu ibukulah yang mengajak Luna ikut pergi bersamanya ke toko perhiasan, dan aku juga ikut sepertinya. Ibuku saat itu ingin menjual gelang emas miliknya, untuk biaya berjalan-jalan. Sungguh hebat sekali ibuku, menjual perhiasannya hanya untuk pergi berjalan-jalan.

  Aku diajak ibuku untuk ikut ke toko perhiasan karena ibuku bilang saat perempuan hendak pergi ke toko perhiasan harus ada pria yang mengawalnya, ibuku bilang berbahaya bagi perempuan pergi ke tempat seperti toko perhiasan sendirian. Oh ayolah, aku saat itu hanyalah pelajar SMP. Pelajar SMP sepertiku bisa apa memangnya jika berhadapan dengan sekelompok rampok.

  Sedangkan Luna, dia diajak ibuku ke toko perhiasan karena ibuku ingin menanamkan sifat feminin pada Luna. Ibuku bilang umumnya perempuan sangat menyukai sekali dengan yang namanya perhiasan. Aku mendengarkan obrolan mereka, aku berada di samping mereka. Ibuku sedikit memberi nasihat pada Luna mengenai perempuan yang terlihat feminin karena memakai sebuah perhiasan. Seperti yang sudah diketahui, Luna tidaklah feminin seperti perempuan-perempuan lainnya. Dia feminin dengan ciri khasnya tersendiri. Semua tentang Luna selain tingkah dan perilakunya, dia sangat feminin. Mengabaikan tingkah dan perilakunya mungkin aku bisa jatuh cinta padanya pada pandangan yang pertama. Mungkin karena itu juga sampai sekarang tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya. Untuk ukuran perempuan feminin, Luna sangat menakutkan. Saat perempuan-perempuan feminin lain suka sekali berdandan. Luna lebih memilih untuk menjahili teman-temannya ketimbang berdandan agar terlihat cantik.

  “Al, suatu saat nanti saat kau sudah cukup umur untuk berpacaran atau menikah. Jangan meminta barang-barang mahal dari pasanganmu, tapi mintalah barang-barang yang bermakna atau penuh makna baginya. Dengan begitu barang itu tidak akan mudah dibuang atau dijual, seperti yang sedang aku lakukan saat ini. Gelang itu hanyalah perhiasan semata. Bisa dibeli dan dijual, tapi tidak mungkin dibuang karena barang itu bernilai. Hihihi.” Ibuku terkekeh.

  “Bagaimana aku meminta barang yang bermakna baginya? Jika memang bermakna tidak mungkin dia memberikan barang itu dengan mudah padaku?”

  “Dia akan memberikannya, jika kau memang berharga untuknya. Ingatlah satu hal saat kau mencari seseorang untuk jadi teman hidupmu, carilah yang benar-benar mencintaimu, menyayangimu, dan selalu menjagamu. Jika dia mencintaimu dia pasti menjagamu, jika dia menjagamu dia pasti menyayangimu.” Ibuku menjelaskan.

  “Bagaimana dengan—jika dia menyayangiku maka dia pasti mencintaiku?” tanya Luna.

  “Ungkapan sayang bukan berarti dia cinta padamu. Karena cinta tidak bisa dibuktikan hanya dengan kata-kata saja, melainkan dari tindakan. Kata cinta tanpa dibarengi dengan tindakan, hanyalah ucapan manis yang digunakan pria untuk merayu dan membujuk wanitanya saja. Baiklah, sampai disini dulu pelajaran tentang kata ‘cinta’, kita sambung lagi nanti di rumah kalau kau masih penasaran.” Ibuku menjelaskan.

  “Bagaimana denganku? Bagaimana aku bisa menemukan wanita yang tepat untukku?” Sahutku.

  “Sayang sekali ibu ini seorang perempuan bukan laki-laki, jadi tanya saja dengan ayahmu.” Kata ibuku, sambil mengusap-usap kepalaku. “Sudah, kalian di sini dulu. Ibu mau bernegosiasi dengan pemilik toko perhiasan ini. Kalimat yang ibu ucapkan mungkin terkesan kejam, jadi kurasa kalian tidak mau mendengarnya.”

  Ibuku sama seperti ibu-ibu yang lainnya. Sangat pintar sekali dalam hal tawar-menawar. Kemampuan tawar-menawarnya sangat menakutkan. Tapi aku baru pertama kali melihatnya beraksi. Terlebih ini adalah toko perhiasan bukan sebuah pasar tradisional. Aku penasaran apakah ibuku mendapatkan apa yang diinginkannya.

  Luna menyikutku. “Apa?”

  “Lihat...lihat, ini.” Luna menunjuk ke salah satu perhiasan. Itu sebuah kalung yang berhiaskan berlian. Kalung itu terlihat menawan.

  “Iya aku melihatnya, kenapa?”

  “Cantik bukan?” Luna tersenyum lebar.

  “Mm.”

Lihat selengkapnya